Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Wahyu T.Rahmawati
Eric menambahkan, reksadana terproteksi masih akan menarik hingga tahun depan. "Yang akan membuat reksadana terproteksi kurang menarik yaitu ketika pajak atas bunga naik dari 5% ke 10% yaitu di tahun 2021," jelas Eric.
Wawan menambahkan selain penurunan suku bunga, isu resesi global menyebabkan reksadana terproteksi layak dicermati. "Jika basisnya saham kan akan tertekan dengan isu tersebut dan obligasi juga masih akan terpengaruh jika suku bunganya tiba-tiba naik," jelas Wawan.
Wawan memproyeksikan reksadana terproteksi yang berisi SUN bisa memberi return 6%-7% dan yang berisi surat utang korporasi masih bisa mencapai 8%-10%.
Baca Juga: Bergaji UMR, ini ukuran ideal tabungan dan investasi
Head of Business Development Division Henan Putihrai Asset Management Reza Fahmi juga ikut berpendapat proyeksi return dari reksadana terproteksi masih berada di 7%-8% seiring penurunan suku bunga BI. Dia melihat hal ini menjadikan reksadana terproteksi jadi lebih menarik. "Secara umum pemangkasan suku bunga BI malah semakin mendorong masyarakat untuk masuk ke reksadana terproteksi ini karena imbal hasil yang harusnya lebih menarik," ujar Reza.
Reza mengatakan, imbal hasil yang menarik ini perlu diimbangi dengan langkah-langkah yang bisa mengoptimalkannya. Langkah tersebut seperti mencermati underlying projects atau reason dan fundamental data emiten.
Dari Prospera, Eric mengira return sebesar 6,8%-6.9% masih bisa diberikan dengan tenor tiga tahun. Hal ini tentu dengan strategi yang dilakukan seperti mencari obligasi yang tingkat bunga tinggi dengan risiko rendah. "Bank Mandiri Taspen bisa jadi contohnya, tingkat kupon di atas 8 untuk tenor tiga tahun," pungkas Eric.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News