Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tren penurunan dan rendahnya suku bunga acuan diperkirakan bisa memberi dampak positif terhadap perbankan, termasuk PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
Analis NH Korindo Sekuritas Arief Machrus dalam risetnya pada 19 Juni 2020 mengatakan Net Interest Margin (NIM) BBRI pada kuartal II-2020 akan terpengaruh oleh tren penurunan suku bunga acuan.
Dengan tren penurunan tersebut, Arief juga menilai BBRI berpeluang untuk mempertahankan CASA ratio-nya, di mana pada kuartal I-2020 ada di level 56,86%
Baca Juga: Restrukturisasi kredit di Bank Rakyat Indonesia (BBRI) turun, ini rekomendasi analis
Adapun NIM BBRI pada kuartal I-2020 mencatatkan penurunan menjadi 6,66% dari 6,89% secara yoy. Arief menyebut turunnya NIM BBRI tidak terlepas dari usaha BBRI dalam menjaga cost of fund mereka. Cost of fund BBRI sendiri ada di level 3,65% pada kuartal I-2020, turun tipis dari kuartal I-2019 yang ada di 3,68%.
Sementara analis Mirae Asset Sekuritas Lee Young Jun mengatakan, tren penurunan suku bunga acuan tidak terlalu memberi dampak signifikan terhadap kinerja BBRI.
Pasalnya, ia melihat hubungan suku bunga acuan dan commercial rate tidaklah kuat. Hal ini tercermin dari pergerakan suku bunga acuan dan rata-rata suku bunga pinjaman yang tidak berkorelasi.
Baca Juga: IHSG menguat, intip saham-saham yang dikoleksi asing, Selasa (21/7)
“Sejauh ini, BBRI, bahkan perbankan lainnya, tidak menyesuaikan suku bunga pinjaman sejak awal tahun meski BI sudah melakukan pemangkasan suku bunga acuan. Saya cenderung melihat kebijakan fiskal lebih mempunyai dampak signifikan ketimbang kebijakan moneter,” jelas Lee kepada Kontan.co.id, Selasa (21/7).
Namun, Arief menyebut Non Performing Loan (NPL) BBRI, khususnya pada segmen mikro tengah mengalami kenaikan. Dengan adanya penerapan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang telah mengurangi aktivitas ekonomi secara signifikan, Arief menyebut hal tersebut pada akhirnya berpengaruh pada repayment capacity dari segmen mikro.
Akibatnya BBRI catatkan kenaikan NPL dari segmen mikro sebesar 3% pada kuartal I-2020. Padahal pada periode yang sama tahun lalu jumlahnya hanya 2,42%. Hal ini berujung pada naiknya NPL coverage ratio BBRI hingga 223,6%.
Arief menyebut dengan pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akan menjadi katalis positif bagi BBRI. Ke depan, Arief menyebut restrukturisasi pinjaman kepada debitur yang terdampak virus corona juga akan menjadi kunci dalam besaran NIM BBRI tahun ini.
Baca Juga: Untung Rugi Redenominasi
“Dengan kondisi ini, kami merekomendasikan untuk hold BBRI dengan target harga Rp 3.010 per saham. Beberapa pertimbangan utamanya adalah kemampuan BBRI dalam menjaga CASA ratio dan tren penurunan suku bunga acuan saat ini. Segmen mikro dan UMKM akan kembali menjadi fokus utama BBRI pada tahun ini,” pungkas Arief.
Arief sendiri memproyeksikan pendapatan BBRI pada tahun ini mencapai Rp 119,33 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 23 triliun. Adapun untuk NIM-nya sebesar 6,2%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News