Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi virus corona telah memaksa perbankan untuk terus melakukan restrukturisasi kredit, tak terkecuali PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).
Berdasarkan catatan Kontan.co.id, sejak 16 Maret hingga 6 Juli 2020, BBRI telah melakukan restrukturisasi kredit pelaku usaha yang terdampak virus corona sebanyak 2,88 juta debitur dengan total kredit yang direstrukturisasi mencapai Rp 177,304 triliun.
Analis Mirae Asset Sekuritas Lee Young Jun, mengatakan, restrukturisasi kredit sejauh ini memang semakin mengecil sejak April dan bisa berimplikasi baik terhadap kinerja BBRI.
Baca Juga: IHSG menguat, intip saham-saham yang dikoleksi asing, Selasa (21/7)
Hanya saja, sektor perbankan masih berisiko terekspos seiring masih bertambahnya kasus positif baru virus corona. Ditambah lagi, portofolio kredit utama BBRI terletak pada segmen mikro dan UMKM.
“Sejauh ini pemerintah memang mendukung BUMN sehingga BBRI tidak terlalu merasakan dampaknya, Namun, ketika pemerintah tidak bisa lagi memberi bantuan, bukan tidak mungkin BBRI akan berada dalam masalah mengingat segmen mikro dan UMKM merupakan yang paling terdampak pandemi dengan cash flow yang tidak stabil,” jelas Lee kepada Kontan.co.id, Selasa (21/7).
Sementara analis RHB Sekuritas Christopher Andre Bernas dalam risetnya pada 15 Juli 2020 menuliskan restrukturisasi kredit BBRI sudah mulai terlihat titik terangnya seiring dengan jumlahnya yang mulai terus turun.
Baca Juga: Ini Bonus Saham BBRI untuk Direksi Bank BRI, Kalah Dibandingkan Bank Mandiri
Pada Juni, jumlah permintaan kredit yang telah disetujui BBRI hanya sebesar Rp 11 triliun, turun dibanding April dan Mei yang jumlahnya masing-masing mencapai Rp 86 triliun dan Rp 59 triliun.
“Dengan demikian, kami memperkirakan BBRI akan mengakselerasi pertumbuhan kreditnya dari Juni (3,5% pada 5M20) dan mengurangi restrukturisasi. Pada akhir tahun 2020, kami percaya jumlah restrukturisasi akan lebih rendah dari targetnya, mengindikasikan margin yang sedikit lebih baik,” tulis Christopher dalam risetnya.