Reporter: Shifa Nur Fadila | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) didominasi saham-saham Badan Usaha Milik Negara (BUMN), pada Kamis (13/6).
Head of Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas menyebut aksi buyback pada saham-saham BUMN, terutama sektor perbankan, merupakan hal wajar karena saham-saham tersebut telah mengalami penurunan tajam.
"Ini sudah wajar karena memang sahamnya sudah turun dalam," jelas Sukarno kepada Kontan, Kamis (13/6).
Sukarno mengatakan bahwa buyback saham BUMN bisa efektif, tergantung pada tekanan jual di pasar. "Jika tekanan jualnya mereda dan sentimen positif lebih kuat, maka buyback ini sangat efektif," ujarnya.
Baca Juga: Intip Saham-Saham yang Banyak Dipungut Asing Saat IHSG Merosot, Selasa (11/6)
Ia menambahkan, buyback ini dapat memberikan dampak positif pada kinerja saham BUMN, sehingga prospeknya akan lebih menarik seiring meningkatnya sentimen positif.
Dampak pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga diharapkan positif jika saham BUMN sektor perbankan mulai pulih, karena saham-saham tersebut memiliki bobot besar dalam indeks.
Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia, Budi Frensidy, juga melihat buyback saham BUMN sebagai langkah efektif, terutama jika investor besar tertarik membeli. "Minimal tidak mengambil posisi berseberangan atau menjualnya," jelas Budi.
Namun, Budi menambahkan, tidak semua emiten BUMN memiliki dana untuk buyback. "BUMN karya dan farmasi, seperti Garuda Indonesia, akan sulit melakukan buyback karena keterbatasan dana," ungkapnya.
Baca Juga: Absen Bagi Dividen, Begini Rencana Vale (INCO) Usai Divestasi dan Kantongi IUPK
Budi juga menyebut bahwa dampak positif buyback terhadap IHSG bersifat jangka pendek, bukan jangka panjang.
Certified Elliott Wave Analyst Master Kanaka Hita Solvera, Daniel Agustinus, setuju bahwa efek buyback hanya sementara, untuk meredam tekanan jual dan memulihkan psikologi investor.
"Selama dana asing terus keluar, tekanan jual pada saham berkapitalisasi besar masih akan terasa, sehingga IHSG masih tertekan," ujarnya.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus, mengatakan buyback hanya memberikan sentimen positif sementara kepada pasar dan investor.
"Semuanya kembali pada fundamental perusahaan, dan saat ini semua masih menunggu hasil kinerja kuartal II 2024," jelas Nico.
Baca Juga: Harga Berguguran, Saham Syariah & Blue Chip Ini Punya Potensi Naik
Nico juga menyebut bahwa buyback tidak akan menopang IHSG secara signifikan karena masih dipengaruhi oleh sentimen global dan domestik.
Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta, merekomendasikan beli saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dengan target harga Rp 6.000 - Rp 6.750, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dengan target harga Rp 4.770 - Rp 5.625.
Kemudian buy saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) dengan target harga Rp 4.810 - Rp 5.525, dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dengan target harga Rp 3.080 - Rp 3.660.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News