kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tips Investasi ala Jansen Kustianto, Direktur Andalan Sakti Primaindo (ASPI)


Sabtu, 09 April 2022 / 08:00 WIB
Tips Investasi ala Jansen Kustianto, Direktur Andalan Sakti Primaindo (ASPI)


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Punya bekal ilmu ekonomi tidak serta merta membuat Jansen Kustianto selalu berhasil dalam berinvestasi di pasar modal. Pria yang saat ini menjabat sebagai Direktur PT Andalan Sakti Primaindo Tbk (ASPI) ini justru lebih memilih berinvestasi pada instrumen properti.

"Karena saya memiliki satu pengalaman yang sangat memorable. Saya pernah merugi hingga menjadi nol saat berinvestasi di saham karena perusahaan tempat saya berinvestasi collaps," ceritanya kepada Kontan.co.id, Kamis (7/4).

Padahal, saham menjadi instrumen pertamanya dalam berinvestasi. Dirinya mulai berinvetasi di saham sekitar tahun 2006 dan 2007 silam.

Ketertarikan masuk ke dunia investasi itu sejalan dengan pendidikan yang ia tempuh semasa menjalani pendidikan di perguruan tinggi, dibidang keuangan. Selain itu, pria yang gemar membaca ini juga kerap membaca buku profil tentang kesuksesan tokoh-tokoh dalam berinvestasi.

Baca Juga: Melesat 34,55%, harga saham ASPI naik pada sesi pertama bursa Rabu (22/9)

Jansen mengakui, sebetulnya pada awal ketertarikannya berinvestasi pada dua hal yaitu saham dan properti. "Hanya saja, untuk berinvestasi di properti membutuhkan modal yang cukup besar sehingga, saya memulai investasi di saham dengan harapan keuntungnya bisa untuk dibelikan properti," ujarnya.

Mengumpulkan sedikit-sedikit dari keuntungan di saham dan juga hasil bekerjanya, pada tahun 2009 dirinya membeli satu unit properti pertamanya. Properti itu kemudian ia coba sewakan agar bisa menghasilkan pasif income, selain sebagai bentuk investasinya.

Pria kelahiran 1986 ini menjelaskan, instrumen saham dan properti yang dipilih karena ia merasa termasuk pribadi dengan tipe moderat. Sebab, dirinya memang berani mengambil risiko dengan batasan-batasan dan juga tipe yang mencari situasi nyaman.

Jansen melihat, berinvestasi di properti lebih likuid. Selain itu, setelah mempelajarinya dia berpandangan berinvestasi di sektor properti juga dapat menghasilkan return yang baik pula, tentunya dengan strategi dan analisa yang tepat.

"Contohnya menggunakan leverage mortgage dan juga bisa menghasilkan pasif income jika diswakan. Jadi, saya melihat investasi di properti itu risikonya lebih rendah dan jelas karena ada bentuk asetnya," katanya.

Bahkan, ia mengaku selama berinvestasi di properti dirinya tidak pernah merugi. "Walaupun memang, investasi di properti itu jangka panjang sehingga perlu diperhatikan tujuan dari berinvestasi," sambungnya.

Sebaliknya, di saham lebih tinggi risikonya. Pemahaman itu berkaca dari pengalaman kerugiannya berinvestasi di saham. Oleh karena itu pula, dirinya mengaku lebih menyukai berinvestasi di properti dibandingkan di saham.

Baca Juga: Inilah emiten dengan emisi IPO terbesar sepanjang 2020

"Karena investasi di saham itu saat rugi investasinya hilang. Sedangkan, kalau di properti itu apa yang kita investasikan nilainya terjaga, tidak sampai habis semua," tegasnya.

Menurutnya, saat pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia, dirinya tetap kekeuh untuk berinvestasi di properti. Perlambatan yang terjadi di sektor ini tak membuatnya berpaling pada instrumen lain. Justru, menurutnya pandemi ini menjadi poin entry yang menarik ke properti lantaran banyak harga yang menarik dan suku bunga masih rendah.

"Apalagi ditambah dengan analisa fundamental yang tepat itu bisa mendapatkan capital gain yang baik karena properti sedang under value," katanya.

Karenanya, saat ini Jansen masih memprioritaskan instrumen investasinya ke sektor properti. Dirinya menyebut 70% investasinya berada di properti dan di saham hanya 30%.

Tips Investasi

Berbagai pengalaman telah dialaminya selama berinvestasi. Namun, pengalaman kerugian yang dialaminya membuatnya banyak belajar. Menurutnya, ada berbagai hal yang perlu diperhatikan dalam berinvestasi.

Baca Juga: Andalan Sakti (ASPI) raup marketing sales Rp 3,75 miliar di kuartal I 2020

Pertama, memahami tujuan berinvestasi itu sendiri. Menurutnya, hal itu sangat penting sehingga bisa memilih instrumen yang tepat. Terlebih, tak sedikit yang memutuskan berinvestasi akibat FOMO (fear of missing out) atau ikut-ikutan.

Kedua, perlu menyadari bahwa berinvestasi tetap ada risiko yang menanti. Sehingga, perlu mengetahui kapan timing yang tepat untuk masuk ataupun untuk keluar.

Nah, untuk mengetahui kapan timing yang tepat, saran berikutnya adalah mempelajari untuk menganalisa fundamental instrumen atau perusahaan apa yang akan menjadi tempat tujuan investasi.

Hal itu pula yang menjadi prinsipnya dalam berinvestasi. Karenanya, dirinya pun terus belajar untuk bisa mengembangkan strategi-strateginya dalam berinvestasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×