Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tiga pekan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham PT Berkah Prima Perkasa Tbk (BLUE) hingga Jumat (26/7) pukul 14.00 WIB, sudah melonjak hampir empat kali lipat menjadi Rp 645 per saham dari harga IPO yang sebesar Rp 130 per saham.
Emiten yang dikenal dengan merek Blue Print ini mencatatkan saham perdana pada 8 Juli 2019 lalu. Pada perdagangan pertamanya di BEI, saham BLUE melejit hingga 69,23% menjadi Rp 220 per saham.
Baca Juga: Harga meningkat di luar kebiasaan, saham Berkah Prima Perkasa (BLUE) masuk UMA
Lewat pasar modal, BLUE berharap bisa memperkuat permodalan saat ini dan bisa lebih gesit lagi berekspansi.
Direktur Utama BLUE Herman Tansri mengatakan, BLUE sampai saat ini bergerak di bidang usaha utama yakni penyediaan dan distribusi poduk tinta isi ulang serta jasa percetakan tekstil. Namun karena dari awal produk tinta yang dijual, Herman menyatakan produk tinta memberikan kontribusi paling besar dalam penjualan BLUE.
“Produk-produk tinta terbagi menjadi beberapa jenis yakni tinta isi ulang, cartridge, tinta sublime, tinta art paper yang bisa digunakan untuk segala jenis kebutuhan printing seperti mencetak dokumen, brosur, materi design hingga masterfilm offset,” kata Herman saat pencatatan saham perdana di BEI, Senin (8/7).
Kemudian diikuti oleh penjualan dari produk lainnya seperti kertas inkjet, kertas foto, dan kertas printable film. Herman bilang kertas foto merek Blue Print juga telah mendapatkan Indonesia Best Brand Awards tahun 2013 di kategori kertas foto.
Baca Juga: Tahun Ini Berkah Prima (BLUE) Tambah Dua Mesin
Setelah cukup lama berjibaku dengan menjual produk-produk jasa penunjang percetakan, Herman melihat peluang di pasar percetakan tekstil yang ia nilai sedang naik daun. Asal tahu saja BLUE sudah banyak melayani cetak tekstil polyester setahun belakangan dan mampu menyumbang 5% dari total penjualan di 2018.
Sebagai salah satu strategi ekspansi, BLUE menyasar jasa cetak bahan katun biasa maupun elastis. Herman bilang, dalam jasa percetakan tekstil katun BLUE hanya membutuhkan mesin saja karena sebelumnya sudah punya produk tinta yang berkualitas.
BLUE hanya perlu menyiapkan tinta dan mesin untuk mencetak. Sedangkan pelanggan datang dengan membawa kain dan desainnya.
Saat ini, BLUE memiliki lima mesin cetak tekstil yang sudah existing dengan nilai investasi sebesar Rp 3 miliar–Rp 4 miliar. Utilisasi keseluruhan mesin yang berlokasi di Sunter ini sudah mencapai 70% dan mampu produksi 30.000 lembar kain per bulan.
Baca Juga: Berkah Prima (BLUE) targetkan pertumbuhan 7% pasca IPO, simak rencana ekspansinya
BLUE menargetkan pertumbuhan kinerja hingga 7% sepanjang tahun ini. Salah satu strategi yang akan dilakukan BLUE adalah meningkatkan utilisasi serta penambahan mesin jasa percetakan tekstil.
“Saat ini strategi kami mayoritas melanjutkan penambahan varian produk baru dan juga konsentrasi di bisnis cetak tekstil dan POS,” jelasnya.
Dari mesin-mesin yang sudah ada, BLUE berencana akan menambah tiga shift dan memaksimalkan produksinya sehingga BLUE bisa memproduksi dua kali lipat dari kapasitasnya saat ini atau sekitar 60.000 lembar kain per bulan.
Baca Juga: Saham Berkah Prima Perkasa (BLUE) melejit 69,23% di hari perdana
Rencananya, BLUE akan mengalokasikan belanja modal tahun ini sebesar Rp 15 miliar untuk mendatangkan dua mesin cetak tekstil katun elastis yang diproyeksikan menambah utilisasi sebesar 40%.
Oleh karena itu pada tahun ini Herman menargetkan dengan penambahan mesin dan shift, bisnis cetak kain akan berkontribusi ke pendapatan tumbuh menjadi 10%-11% di akhir tahun.
Kemudian BLUE akan menambah lini produk dalam bentuk kertas thermal dan printer thermal portable untuk keperluan software point of sale (POS) yang akan diluncurkan pada Januari 2020 atau enam bulan setelah IPO.
Sederhananya, POS ini berbentuk software yang dapat menyediakan solusi bagi manajemen restoran dan retail untuk mesin pembayaran. BLUE mengklaim dapat memberikan harga yang terjangkau dan fitur yang lengkap.
Selama lima tahun BLUE melayani jasa percetakan, tentunya ada sejumlah tantangan yang harus dihadapi BLUE. Herman bilang tantangan terberat adalah menghadapi agenda politik di mana banyak diler yang menahan pemesanan.
Herman menyatakan walaupun pada kuartal I 2019 ada perlambatan pertumbuhan bisnis, ia mengharapkan setelah agenda politik selesai penjualan BLUE akan kembali normal dan optimistis kinerjanya akan lebih baik.
Per Mei 2019, BLUE membukukan kenaikan penjualan 2,87% year on year (yoy) menjadi Rp 41,7 miliar. Sedangkan laba kotornya naik menjadi Rp 9,9 miliar.
Herman optimistis ke depannya setelah IPO dapat menjadi perusahaan tinta compatible yang terus berinovasi dan terus gencar produksi untuk memberikan pelayanan terbaik pada seluruh stakeholder.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News