kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.914.000   -10.000   -0,52%
  • USD/IDR 16.291   14,00   0,09%
  • IDX 7.140   43,32   0,61%
  • KOMPAS100 1.026   0,52   0,05%
  • LQ45 779   2,15   0,28%
  • ISSI 234   0,17   0,07%
  • IDX30 402   1,16   0,29%
  • IDXHIDIV20 463   0,95   0,21%
  • IDX80 115   0,26   0,23%
  • IDXV30 117   0,40   0,34%
  • IDXQ30 129   -0,04   -0,03%

Waskita Karya (WSKT) Masih Rugi di Semester I, Apa yang Harus Dilakukan Investor?


Selasa, 15 Juli 2025 / 19:06 WIB
Waskita Karya (WSKT) Masih Rugi di Semester I, Apa yang Harus Dilakukan Investor?
ILUSTRASI. PT Waskita Karya Tbk (WSKT) kinerjanya masih lemas. Pendapatan emiten pelat merah ini turun dan mencetak rugi per semester I 2025.


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Waskita Karya Tbk (WSKT) kinerjanya masih lemas. Pendapatan emiten pelat merah ini turun dan mencetak rugi per semester I 2025.

Per semester I 2025, pendapatan usaha WSKT hanya tercatat sebesar Rp 3,10 triliun atau turun 30,63% dari pendapatan usaha semester I 2024 sebesar Rp 4,47 triliun.

Secara rinci, segmen jasa konstruksi masih mendominasi dengan kontribusi Rp 2,11 triliun. Kemudian diikuti segmen pendapatan jalan tol Rp 579,81 miliar, segmen penjual precast Rp 308,55 miliar, segmen pendapatan properti 32, 43 miliar, segmen pendapatan hotel sebesar Rp 44 miliar, segmen penjualan infrastruktur lainnya Rp 18,51 miliar dan segmen sewa gedung dan peralatan Rp 5,65 miliar.

Kalau melihat pendapatan yang berasal dari pihak ketiga, proyek dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) hanya mencapai Rp 484,62 miliar per semester I 2025. Padahal periode yang sama tahun lalu nilainya mencapai Rp 1,68 triliun.

Baca Juga: Ada WSKT SRIL PPRO, 55 Saham Ini Berpotensi Dikeluarkan Dari BEI, Investor Harus Apa?

Meskipun begitu, beban-beban Waskita tercatat turun tipis di paruh pertama tahun 2025. Beban pokok pendapatan yang sebesar Rp 2,44 triliun per semester I 2025, turun dari Rp 3,89 triliun pada periode sama tahun lalu.

Kemudian, beban umum dan administrasi tercatat Rp 682,07 miliar di akhir semester I 2025, turun dari Rp 703,52 miliar periode sama tahun lalu.

Beban pajak final Rp 53,99 miliar per kuartal II 2025, turun dari Rp 62,99 miliar per kuartal II 2024. Beban keuangan tercatat Rp 1,87 triliun per semester I 2025, turun dari Rp 2,29 triliun pada periode sama tahun lalu.

Laba bruto sebesar Rp 661,32 miliar per Juni 2025, naik 14,37% secara tahunan alias year on year (yoy) dari Rp 578,19 miliar.

Dengan beban-beban tersebut, WSKT masih mencatatkan rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik perusahan alias laba bersih sebesar Rp 2,13 triliun per semester I 2025. Meski begitu, nilainya tercatat turun tipis dari rugi bersih Rp 2,15 triliun pada semester I 2024. Kerugian per saham pun sedikit membaik dari Rp 74,95 per Juni tahun lalu menjadi Rp 74,31 per Juni 2025.

Per 30 Juni 2025, WSKT punya total aset Rp 73,83 triliun. Ini turun dari Rp 77,15 triliun per 30 Juni 2024.

Total liabilitas perseroan sebesar Rp 68,30 triliun di akhir Juni 2025, turun dari Rp 69,27 triliun di akhir Desember 2024. Sementara, jumlah ekuitas tercatat Rp 5,52 triliun di kuartal II 2025, turun dari Rp 7,88 triliun di akhir tahun 2024.

WSKT memiliki kas dan setara kas akhir periode sebesar Rp 3,28 triliun di akhir Juni 2025, naik dari Rp 1,87 triliun di periode sama tahun lalu.

Rekomendasi saham

Di sisi lain, dengan suspensi saham yang sudah lebih dari dua tahun berpotensi membuat saham WSKT berada dalam ancaman delisting dari Bursa Efek Indonesia (BEI).

Head of Research & Chief Economist Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto melihat, memang tidak mudah memulihkan kinerja emiten pelat merah di sektor infrastruktur.

Meskipun begitu, Rully belum yakin saham WSKT akan didelisting dari Bursa dalam waktu dekat meskipun suspensinya sudah lewat dari dua tahun.

“Mungkin belum, prosesnya mungkin akan panjang. Lebih panjang dari yang kita duga. Akan sangat berhati-hati lah mungkin,” katanya saat ditemui di Jakarta, Selasa (15/7).

Analis Kanaka Hita Solvera Andhika Cipta Labora menilai, kinerja emiten BUMN Karya masih menghadapi tantangan yang berat karena adanya pemangkasan anggaran Kementerian Pekerjaan Umum (PU) sebesar Rp 81 triliun dan juga efisiensi yang dilakukan pemerintah. 

“Selain itu faktor suku bunga yang tinggi juga menjadi tantangan untuk emiten BUMN karya pada semester 1 2025,” ujarnya kepada Kontan, Selasa (15/7).

Terkait suspensi saham WSKT, Andhika menyarankan investor harus terus berlapang dada dalam waktu yang lebih panjang.

”Investor WSKT nampaknya masih harus bersabar untuk menunggu saham ini cabut suspensi sambil mengkaji perkembangan kinerja WSKT,” katanya.

Baca Juga: Waskita Karya (WSKT) dapat Proyek Renovasi dan Bangun 14 Kantor KLHK di 9 Lokasi

Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan mengatakan, penyebab utama kerugian Waskita Karya (WSKT) hingga saat ini masih konsisten, yakni tingginya beban utang yang menyebabkan lonjakan beban bunga. 

Hal itu turut menekan likuiditas dan mempersempit ruang modal kerja, sehingga menghambat pelaksanaan proyek-proyek yang ada. Realisasi kontrak baru juga tergolong rendah, antara lain karena adanya penundaan sejumlah proyek pemerintah. 

“Selain itu, terdapat tren peningkatan porsi keterlibatan swasta dalam proyek infrastruktur, yang berimplikasi pada berkurangnya alokasi proyek bagi BUMN Karya, seperti WSKT,” katanya kepada Kontan, Selasa (15/7).

Prospek emiten BUMN Karya ke depan juga masih penuh tantangan, termasuk WSKT. Risiko utama meliputi potensi penundaan realisasi proyek pemerintah, pergeseran proyek ke sektor swasta, serta ketidakpastian restrukturisasi utang yang belum final. 

Kinerja BUMN Karya ke depan prospeknya hanya akan membaik jika terdapat katalis positif. Seperti, akselerasi proyek strategis nasional yang kembali melibatkan BUMN karya, suntikan tambahan modal dari pemerintah, keberhasilan refinancing, atau wacana konsolidasi/merger yang terealisasi. 

“Kabar-kabar tersebut bisa menjadi pemicu sentimen positif untuk sektor konstruksi BUMN,” katanya.

Bagi investor yang masih memegang saham WSKT, dengan kondisi saat ini yang masih dalam status suspensi perdagangan, opsi yang tersedia memang sangat terbatas. 

Sambil menunggu pembukaan suspensi, investor disarankan memantau secara ketat perkembangan proses restrukturisasi utang dan kebijakan pemerintah. 

“Risiko tetap tinggi, dan kondisi ini menjadi bagian dari konsekuensi investasi di sektor dengan tekanan fundamental berat,” tuturnya.

Selanjutnya: Astra (ASII) akan Membawa Tiga Proyek untuk Dipasarkan di Bursa Karbon

Menarik Dibaca: Edukasi Hidup Bersih dan Sehat, Guardian Gelar Guardiancares

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×