Reporter: Yuliana Hema | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Astra International Tbk (ASII) akan berperan aktif dalam bursa karbon, bukan sebagai pembeli tetapi menjadi penjual. ASII juga telah mempersiapkan sejumlah proyek untuk bisa diperdagangkan di bursa karbon.
Environment Department Head Astra International Bondan Susilo mengatakan Astra melalui kantor di kawasannya maupun anak usaha telah melakukan pengembangan proyek natural based solutions.
“Kami ada tiga proyek yang berkaitan dengan natural based solutions dan saat ini masih dalam tahap pendaftaran ke SRN PPI jadi belum dalam status SPE-GRK,” jelasnya, Selasa (15/7).
Astra melalui entitas usahanya PT Pamapersada Nusantara, memiliki perusahaan yang bergelut dalam pengelolaan kehutanan, pelestarian lingkungan dan jasa lingkungan bernama PT Pertiwi Nusantara Raya.
Baca Juga: Intip Saham-Saham yang Banyak Diborong Asing Sepanjang Pekan Lalu, Ada ASII dan TLKM
Melalui PT Pertiwi Nusantara Raya, Grup Astra memiliki hutan alami dan lahan gambut dengan luas total 127.228 hektare (Ha). Tak hanya itu, ASII juga memanfaatkan lahannya lini agribisnis.
ASII melalui PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) memiliki lahan mineral dan lahan gambut dengan total luas 908 Ha. Bondan mengatakan kedua proyek itu sedang dalam proses pengajuan ke lembaga terkait.
“Masih tahap pendaftaran sebab natural based solution ini berbeda prosesnya dengan technology based, di mana pembukitan dan perhitungan validasi gram lebih berat,” ucap Bondan.
Selain melalui entitas usaha, ASII juga melakukan kerjasama dengan Social Forestry. Bondan bilang untuk memberdayakan masyarakat lokal dan berkontribusi pada upaya penyerapan emisi karbon.
“Kami bekerja sama dengan potensi melalui Social Forestry, nanti petani bisa mendapatkan hasil panen dan akan ditanami tanaman hutan untuk menyerap karbon. Ini akan kami daftarkan ke SRN PPI,” tuturnya.
Baca Juga: PMI Manufaktur Lesu, Astra (ASII) Fokus Perkuat Sinergi Antar Lini Bisnis
Menurutnya, di pasar internasional proyek yang memiliki efek berlapis tinggi akan lebih laku dan harganya tinggi. Maksudnya, tidak hanya mengurangi karbon, tetapi juga mendorong dari aspek sosial.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per tanggal 14 Juli 2025, total volume transaksi yang diperdagangkan sejumlah 1.599,336 ton CO2e senilai Rp 78 miliar sejak 26 September 2025.
Kemudian harga per unit karbon adalah sebesar Rp 58.800 atau setara US$ 3,6 untuk unit karbon IDTBS. Sementara untuk unit karbon IDTBS-RE. mencapai Rp 61.000 atau setara dengan US$ 3,7.
Proyek yang didaftarkan sebanyak delapan proyek, terdiri dari PT Pertamina Power Indonesia sebanyak 1 proyek, PT Perkebunan Nusantara IV sebanyak 1 proyek, dan sisanya dari PT PLN Nusantara Power, serta PT PLN Indonesia Power yang tergabung dalam PLN Grup.
Proyek yang ada merupakan kategori technology based solution (IDTBS) dan berasal dari sektor energi. Kemudian jumlah retirement yang diajukan sebanyak 980.475 ton CO2e.
Selanjutnya: IHSG Diprediksi Fluktuatif, Simak Rekomendasi Saham untuk Rabu (16/7)
Menarik Dibaca: Edukasi Hidup Bersih dan Sehat, Guardian Gelar Guardiancares
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News