kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Terus Tertekan, Begini Prediksi Kurs Rupiah Untuk Selasa (2/4)


Selasa, 02 April 2024 / 05:05 WIB
Terus Tertekan, Begini Prediksi Kurs Rupiah Untuk Selasa (2/4)
ILUSTRASI. Senin (1/4), kurs rupiah spot melemah sekitar 0,24% ke level Rp 15.857 per dolar AS.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Nilai tukar rupiah masih tertekan menghadapi dolar Amerika Serikat (AS) di awal kuartal kedua 2024. Mengutip Bloomberg, Senin (1/4), kurs rupiah spot melemah sekitar 0,24% ke level Rp 15.857 per dolar AS. Senada, rupiah Jisdor melemah sekitar 0,23% ke level Rp15.873 per dolar AS.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengamati, rupiah terdepresiasi pada perdagangan Senin (1/4) akibat dampak dari rilis data revisi Produk Domestik Bruto (PDB) AS kuartal IV-2023 dan pernyataan dari Ketua The Fed, Jerome Powell di Jumat (29/3) pekan lalu.

PDB AS pada kuartal IV-2023 direvisi ke atas menjadi 3,4% quarter on quarter (QoQ) dari sebelumnya 3,2% QoQ. Perubahan ini merefleksikan bahwa pertumbuhan ekonomi AS cenderung lebih kuat dari perkiraan sebelumnya.

Ditambah lagi, Powell memberikan sinyal bahwa Fed melihat bahwa proses disinflasi di Amerika cenderung melambat. Ia juga menyatakan bahwa the Fed tidak akan ragu untuk mempertahankan suku bunganya lebih lama, jika inflasi secara konsisten kembali menguat.

Baca Juga: Rupiah Tertekan Sepanjang Maret 2024, Ini Kata Ekonom KB Valbury Sekuritas

Sementara itu, Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi menilai, Ketua Fed Jerome Powell memberikan pernyataan tentang inflasi terbaru AS sudah sejalan dengan apa yang diekspektasikan. Sehingga, pasar kini memperhitungkan peluang 68,5% dari penurunan suku bunga The Fed pada bulan Juni 2024, dibandingkan peluang 57% pada akhir pekan lalu.

Oleh karena itu, perhatian investor selanjutnya akan beralih ke data ketenagakerjaan AS bulan Maret. Dengan data ketenagakerjaan yang lemah, maka akan semakin meningkatkan peluang The Fed untuk memulai siklus pelonggaran kebijakannya mulai Juni 2024.

Dari dalam negeri, Ibrahim menyebutkan, rupiah dipengaruhi oleh rilis data inflasi Maret 2024 yang mencapai 0,52% secara bulanan (MtM) pada Senin (1/4). Angka inflasi tersebut relatif tinggi dibandingkan bulan sebelumnya dan tahun lalu dipicu oleh kenaikan bahan pangan, beras, gula, daging ayam, telur ayam dan bawang putih, saat Ramadan kali ini.

Ibrahim menambahkan, bukan faktor inflasi saja yang memengaruhi pelemahan mata uang rupiah, namun banyak aliran modal asing keluar (capital outflow) yang terjadi dua pekan terakhir juga berefek bagi mata uang garuda. Hal itu bersamaan dengan peristiwa gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK) terkait sengketa pilpres.

Baca Juga: Bukukan Kinerja Bervariasi, Simak Rekomendasi Saham Emiten Konglomerasi

“Berlanjutnya gugatan hingga diterimanya pemeriksaan dapat menjadi sentimen negatif untuk pasar keuangan, sebab hal ini dapat menjadi kekhawatiran investor akan ketidakpastian kondisi politik Indonesia,” ungkap Ibrahim dalam risetnya, Senin (1/4).

Oleh karena itu, Ibrahim memperkirakan rupiah melemah di perdagangan besok Selasa (2/4). Nilai tukar rupiah diproyeksi bergerak di rentang  Rp15.880 per dolar AS-Rp15.940 per dolar AS.

Senada, Josua turut memperkirakan rupiah melemah di perdagangan Selasa pada rentang Rp15.850 - Rp15.950 per dolar AS. Hal itu sejalan dengan proyeksi penguatan data ISM Manufacturing AS.

“Rupiah berpotensi melanjutkan pelemahan pada perdagangan besok hari,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Senin (1/4).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×