kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Supaya Tidak Terperangkap pada Saham Gocap, Cermati Catatan Analis Berikut Ini


Selasa, 23 Mei 2023 / 19:26 WIB
Supaya Tidak Terperangkap pada Saham Gocap, Cermati Catatan Analis Berikut Ini
ILUSTRASI. Supaya Tidak Terperangkap pada Saham Gocap, Cermati Catatan Analis Berikut Ini


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Emiten yang terjerembap menjadi saham gocap masih ramai di berbagai sektor. Harga saham tak bergerak atau hanya berkutat di level Rp 50 - Rp 59 per lembar. Investor perlu waspada agar tak nyangkut di saham tersebut.

Pengamat Pasar Modal dan Founder WH Project, William Hartanto mengingatkan suatu saham bisa dalam jangka waktu yang lama tertidur di posisi gocap. Harga saham baru akan bergerak ketika ada sentimen yang signifikan, terutama dari perbaikan kinerja keuangan dan aksi korporasi.

Hanya saja, pelaku pasar perlu cermat lantaran seringkali saham-saham gocap bisa bergerak tanpa ada sentimen tertentu. Sebaliknya, ada juga emiten yang secara kinerja keuangan sudah tumbuh positif, namun belum bisa mengangkat harga sahamnya dari level gocap.

Baca Juga: Intip Rekomendasi Saham Emiten Grup Bakrie di Tengah Penurunan Harga Komoditas

"Hal itu bisa karena pelaku pasar belum aware dengan potensi saham ini, atau karena belum ada peningkatan frekuensi perdagangan," kata William kepada Kontan.co.id, Selasa (23/5).

Equity Analyst Kanaka Hita Solvera, William Wibowo menambahkan, momentum sektoral juga menentukan. Seperti pada tahun lalu, sejumlah saham terkait batubara mampu bangkit dari saham gocap lantaran terdongkrak sentimen booming komoditas.

Selain itu, notasi yang disematkan Bursa Efek Indonesia (BEI) menjadi sentimen yang diperhitungkan pelaku pasar. 

"Stempel dari BEI menjadi pertimbangan cukup penting. Pada akhirnya perkembangan perusahaan harus diperhatikan, mengingat ini akan mempengaruhi pergerakan harga saham," imbuh William Wibowo.

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian menimpali, umumnya saham-saham gocap memiliki kinerja dan outlook yang tidak disukai oleh pasar.

Baca Juga: Untung dan Buntung dari Saham Baru

"Peluang untuk bangkit muncul ketika ada semacam transformasi yang dilakukan oleh emiten, serta adanya relaksasi dari bursa terkait stempel yang diberikan," ujar Fajar.

Tunggu dan Lihat Momentum

Analis Ekuator Swarna Sekuritas David Sutyanto menyoroti 100 saham yang tergolong saham gocap. Dari jumlah tersebut, David menghitung ada 48 emiten yang sebenarnya memiliki book value per share lebih dari Rp 50, dengan price to book value (PBV) kurang dari 1.

Kemudian, ada 10 emiten dengan book value per share negatif. Artinya, modal emiten tersebut sudah mengalami defisit, yang mana aset lebih rendah dari utangnya. 

David menganalisa, ada  41 emiten saham gocap yang masih membukukan keuntungan pada tahun lalu. "Jadi potensi untuk saham gocap meningkat selalu ada. Namun naiknya harga saham ini sangat tergantung dengan sentimen yang ada," ujar David.

Jika tahun lalu booming batubara menjadi sentimen bagi saham-saham terkait, untuk tahun ini David belum melihat adanya momentum serupa. Sehingga, dia menyarankan untuk wait and see terlebih dulu pada saham-saham gocap.

Di tengah volatilitas pasar saat ini, investor disarankan lebih cermat dengan prospek kinerja bisnis perusahaan. "Apabila tidak mengetahui dengan baik, sebaiknya menghindari karena adanya potensi tidak tersedianya likuiditas dengan baik," terang David.

Baca Juga: Prospek Saham Consumer Cyclicals di tengah Rotasi Sektor dan Pemantauan Khusus

Sedangkan William Hartanto menyarankan pelaku pasar menganalisa momentum untuk masuk melalui frekuensi transaksi. Hal ini bisa menjadi indikasi awal adanya potensi kenaikan, meski biasanya hanya terjadi dalam jangka pendek.

"Walaupun kadang ada yang jangka panjang, tapi lebih sering penguatan saham-saham gocap itu ngga bertahan lama," imbuhnya.

Dia pun belum memberikan rekomendasi untuk saham gocap. Hanya saja, pelaku pasar bisa memperhatikan saham PT Sentul City Tbk (BKSL) dan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA).

Baca Juga: Siap-siap, Mitra Angkasa Sejahtera (BAUT) akan Bagikan Dividen Rp 1,29 Miliar

William Wibowo turut menyoroti saham GIAA. Setelah akhir pekan lalu menukik ke level Rp 51, emiten penerbangan plat merah ini mengalami penguatan 9,62% ke harga Rp 57 pada Selasa ini. 

Menurut William, saham GIAA sedang berpotensi mengalami technical rebound. Pelaku pasar bisa mempertimbangkan speculative buy dengan support Rp 52 dan resistance di 62. Selain GIAA, pelaku pasar juga bisa mengamati saham BKSL.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×