Reporter: Kenia Intan | Editor: Khomarul Hidayat
Di sisi lain, Analis OSO Sekuritas Sukarno Alatas menilai, kenaikan harga saham-saham yang baru saja listing dianggap wajar.
Adapun di antara saham-saham tersebut, Sukarno cenderung memilih saham CSRA karena sektor perkebunan dan pengolahan sawit memiliki katalis positif berupa penerapan program pencampuran biodiesel 30% atau B30 tahun ini.
"Rekomendasi untuk CSRA dan AMAR trading buy dengan potensi kenaikan 5% hingga 15%. Perhatikan bid offer-nya saja untuk melihat kekuatan strategi harian," saran Sukarno ketika dihubungi Kontan.co.id, Selasa (21/1).
Baca Juga: Cisadane Sawit Raya (CSRA) berharap tren naik harga CPO bisa bertahan
Meski demikian, Sukarno tetap menyarankan untuk berhati-hati terhadap saham-saham yang baru listing tetapi sudah mencatatkan kenaikan harga saham signifikan. Ia melanjutkan, investor lebih baik tahu terlebih dahulu mengenai kinerja perusahaannya, juga prospek pada sektor saham yang baru saja listing.
Direktur Riset Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus bilang pergerakan harga CSRA masih positif dikarenakan memanasnya hubungan antara India dan Malaysia.
" Hal ini yang membuat CPO Indonesia mendapatkan kesempatan ketika Pemerintah India telah memberikan instruksi untuk menghindari pembelian produk CPO dari Malaysia," katanya ketika dihubungi Kontan, Selasa (21/1).
Jika dilihat dari sektornya, Nico melihat, sektor perkebunan dan pengolahan kelapa sawit masih memiliki prospek ke depannya, begitu juga dengan sektor perbankan.
Seperti yang diketahui, kata Nico, perbankan menjadi primadona karena memberikan net interest margin (NIM) yang menggiurkan, sehingga laba bank menjadi salah satu faktor pemanis.
Baca Juga: Ini penjelasan BEI soal saham gorengan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News