Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Revolusi besar pelayanan kesehatan di Indonesia bakal berdampak pada kinerja emiten Rumah Sakit (RS). Peningkatan layanan rawat dan kenaikan tarif klaim kesehatan terutama akan menguntungkan rumah sakit BPJS.
Analis MNC Sekuritas Rudy Setiawan melihat bahwa sektor kesehatan akan melalui revolusi besar di tahun depan. Hal itu sejalan dengan rencana pemerintah meningkatkan layanan kesehatan dengan anggaran naik 6,1% year on year (YoY) menjadi Rp 197,8 triliun untuk 2025.
Seperti diketahui, pemerintah telah mengeluarkan program kesehatan gratis untuk 55 juta warga negara mulai tahun anggaran 2025, dengan alokasi anggaran sebesar Rp 5 triliun dari APBN 2025, di mana Rp3,3 triliun akan digunakan untuk pemeriksaan kesehatan dan Rp 1,7 triliun untuk fasilitas kesehatan di seluruh Indonesia.
Pemerintah mengidentifikasi tiga prioritas kesehatan yakni pemeriksaan kesehatan gratis untuk semua kelompok umur, pengurangan kasus Tuberculosis (TBC), serta pembangunan rumah sakit berkualitas tinggi dan lengkap di daerah terpencil dan terbelakang.
Secara keseluruhan, pemerintah telah mengalokasikan Rp 197,8 triliun untuk kesehatan yang meningkat 6,1% YoY dan mencakup 5,5% dari total belanja pemerintah.
Baca Juga: Direksi Hermina Tambah Kepemilikan 1 Juta Saham di Medikaloka (HEAL), Ini Tujuannya
‘’Kami menilai bahwa pemerintah menunjukkan komitmennya untuk memperkuat sektor kesehatan pascapandemi, dengan fokus berkelanjutan pada peningkatan aksesibilitas ke layanan kesehatan, mengatasi tantangan kesehatan publik, dan meningkatkan sistem kesehatan secara keseluruhan,’’ ungkap Rudy dalam riset tertanggal 18 November 2024.
Rudy menyoroti, peningkatan layanan kesehatan termasuk memperjelas mekanisme Coordination of Benefit (COB) atau Koordinasi Manfaat antara BPJS Kesehatan dan asuransi kesehatan swasta di bawah program JKN yang akan dilaksanakan pada tahun anggaran 2025. Aturan ini sebagaimana diuraikan dalam peraturan KMK No.HK.01.07/MENKES/1366/2024.
Pemerintah bertujuan untuk meningkatkan pembiayaan perawatan kesehatan melalui mekanisme COB, yang memungkinkan peserta untuk memanfaatkan asuransi swasta untuk menutupi biaya tambahan yang dikeluarkan di luar cakupan BPJS. Dengan begitu, maka mengurangi biaya pribadi dan menyederhanakan proses klaim pasien.
Adapun skema COB ini menetapkan struktur pembagian biaya antara BPJS dan penyedia asuransi, yang memungkinkan rumah sakit untuk mengenakan biaya maksimum 200%, yang kemudian akan dibagi antara BPJS (75%) dan asuransi (125%). Sistem ini juga menetapkan standar penagihan untuk perlindungan keuangan pasien dan kualitas layanan kesehatan.
Rudy memandang, sistem COB antara BPJS dan asuransi swasta ini menawarkan beberapa manfaat seperti adanya potensi peningkatan jumlah pengguna asuransi swasta, integrasi sistem perawatan kesehatan publik dan swasta, dan pengendalian biaya klaim perawatan kesehatan yang lebih baik.
Selain itu, aturan Kelas Rawat Inap Standar (KRIS) akan berlaku sepenuhnya pada semester kedua 2025 di rumah sakit yang bekerja sama dengan JKN. Ini akan mendorong peningkatan tarif BPJS untuk memastikan BPJS Kesehatan tetap stabil secara finansial.
Baca Juga: Ada Kontraksi Jangka Pendek, Cek Rekomendasi Saham Medikaloka Hermina(HEAL)
Menurut Rudy, rencana kenaikan tarif dan batasan kemitraan rumah sakit oleh perusahaan asuransi swasta merupakan kabar baik bagi PT Medikaloka Hermina Tbk (HEAL) karena melayani banyak pasien JKN.
Di sisi lain, PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) dan PT Siloam Hospitals Tbk (SILO) mungkin menghadapi tantangan karena mereka lebih fokus pada pasien pribadi.
Pada kuartal ketiga 2024, perusahaan-perusahaan sektor kesehatan di bawah cakupan MNC Sekuritas memiliki proporsi pendapatan yang berasal dari peserta JKN sebagai berikut. HEAL dengan proporsi sebesar 73%, SILO sebesar 18%, sedangkan MIKA 16%.
Sejauh ini, HEAL juga yang relatif aktif dalam meningkatkan jumlah rumah sakit baru yang berlokasi di IKN, Madiun, dan Pasuruan. Selain itu, ada proyek rumah sakit yang sedang berlangsung di PIK 2, yang diperkirakan akan dibuka pada kuartal IV-2024 atau kuartal I-2025.
Sementara, MIKA berencana untuk membuka tiga rumah sakit di Jakarta, Cirebon, dan Jawa Timur. SILO juga akan berekspansi di Semarang, Surabaya, dan Samarinda.
‘’Secara keseluruhan, kami mempertahankan peringkat Overweight untuk sektor kesehatan. Kami melihat ada potensi yang cukup besar bagi operator rumah sakit untuk memperkuat posisi pasar mereka,’’ jelas Rudy.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Ismail Fakhri Suweleh menuturkan bahwa Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengantisipasi tidak ada dampak komersial yang mengganggu pendapatan rumah sakit dari implementasi KRIS. Aturan tersebut dijadwalkan berlaku menyeluruh di rumah sakit yang bekerja sama dengan BPJS paling lambat Juli 2025.
Ismail menilai, dampak utama KRIS bagi rumah sakit yakni potensi penambahan belanja modal untuk mematuhi standar kamar baru. Ini mungkin menjadi tantangan yang lebih besar bagi operator rumah sakit mandiri, yang bisa mendorong konsolidasi industri, apabila RS dijual karena ketidakmampuan memenuhi persyaratan KRIS.
‘’Kami percaya adanya pertumbuhan yang konsisten dan perluasan margin melalui peningkatan intensitas dari program CoB dan efisiensi biaya operasional, di tengah melayani pasien JKN dengan margin yang lebih rendah harus tetap utuh,’’ ujar Ismail dalam riset 22 November 2024.
Ismail mempertahankan pilihan utama di HEAL dengan rekomendasi Buy pada target harga sebesar Rp2.000 per saham. Sementara, MIKA dan SILO direkomendasikan Buy dengan target harga masing-masing Rp 3.400 per saham dan Rp 3.300 per saham.
Rudy juga memiliki pandangan positif pada sektor rumah sakit khususnya terhadap HEAL, mengingat statusnya sebagai penerima manfaat utama dari skema COB dan implementasi KRIS. Selain itu, SILO menarik karena citra merek premiumnya yang kuat di seluruh rumah sakit utama, yang telah menunjukkan ketahanan meskipun kondisi ekonomi makro yang menantang.
Dia menyarankan beli untuk ketiga emiten rumah sakit tersebut. Target harga HEAL sebesar Rp 1.720 per saham. Sedangkan, target harga MIKA dan SILO sebesar Rp 3.500 dan Rp 3.450 per saham.
Selanjutnya: Harga Emas Antam Hari Ini Tetap di Level Rp 1.514.000 per Gram, Senin (2/12)
Menarik Dibaca: Resep Mie Bangladesh Medok ala Warkop, Enak Disantap saat Turun Hujan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News