kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak rekomendasi para analis untuk saham BNLI


Selasa, 06 Juni 2017 / 11:27 WIB
Simak rekomendasi para analis untuk saham BNLI


Reporter: Hasyim Ashari | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Setelah mendapat tekanan dari menumpuknya kredit macet di tahun lalu, tahun ini PT Bank Permata Tbk (BNLI) mulai berbenah. Perusahaan milik Grup Astra ini fokus memperbaiki kualitas kreditnya.

Setidaknya, dampak perbaikan kinerja sudah mulai tercermin dari laporan keuangan kuartal I-2017 lalu, yang berhasil mendulang laba bersih Rp 453 miliar. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu, BNLI masih mencetak rugi bersih Rp 376 miliar.

Kinerja kinclong ini tak lepas dari upaya BNLI melakukan restrukturisasi, mempercepat pemulihan kredit dan menjual sebagian aset kredit bermasalah. Alhasil, rasio non performing loan (NPL) kotor BNLI pun menjadi 6,4% per 31 Maret 2017, turun dari 8,8% di akhir 2016.

Kepala Riset Samuel Sekuritas Indonesia Andy Ferdinand memperkirakan, dengan strategi tersebut, NPL gross BNLI bisa mengarah ke 5%. Ia memprediksi, biaya pencadangan akan turun tajam dan menopang pertumbuhan laba BNLI yang diproyeksi mencapai Rp 1,5 triliun tahun ini.

Bima Setiaji, Analis NH Korindo Sekuritas Indonesia, menambahkan, aksi penjualan portofolio kredit macet yang dilakukan BNLI merupakan sekuritisasi aset yang berdampak pada perbaikan kualitas kreditnya.

Namun, Bima menilai, tak menutup kemungkinan BNLI juga akan menerima pembayaran tunai, jika skemanya bukan sekuritisasi aset, melainkan penjualan hak tagih. Tapi skema ini memiliki sisi negatif. Salah satunya jika nilai penjualan di bawah nilai kredit, BNLI bisa langsung membukukan kerugian tanpa harus melakukan provisi alias pencadangan.

Setoran modal

Prospek BNLI juga diperkuat oleh guyuran permodalan dari penerbitan saham baru atau rights issue yang sudah dilakukan. Nilainya mencapai Rp 3 triliun.

PT Astra International Tbk (ASII) dan Standard Chartered Bank sebelumnya telah menyetorkan modal Rp 1,5 triliun ke BNLI. "Hal ini menunjukkan komitmen keduanya dalam mengembangkan bank ini," tulis Andy dalam risetnya 2 Juni 2017.

Menurut Bima, dengan struktur permodalan yang lebih kuat usai rights issue, penyaluran kredit BNLI diperkirakan mulai tumbuh 10% pada 2018. BNLI membidik segmen wholesale banking seperti infrastruktur serta segmen konsumer.

Strategi BNLI menyalurkan kredit ke infrastruktur juga akan didukung ASII sebagai induk. Apalagi ASII berencana menganggarkan belanja modal untuk lini bisnis properti dan infrastruktur Rp 6 triliun. Dengan potensi tersebut, Bima memperkirakan pertumbuhan kredit BNLI yang terkait infrastruktur bisa bertambah antara Rp 1 triliun hingga Rp 1,5 triliun.

Analis Mandiri Sekuritas Priscilla Thany memperkirakan, laba bersih BNLI tahun ini bisa mencapai Rp 1,6 triliun. Priscilla merekomendasikan netral untuk saham BNLI dengan target harga Rp 675.

Namun, Andy dan Bima merekomendasikan beli BNLI. Menurut Andy, valuasi saham ini masih murah. Ia memberi target harga Rp 890. Adapun Bima menargetkan harga BNLI Rp 990 per saham, dengan estimasi price to book value (PBV) 2017 0,9 kali. Kemarin, harga BNLI turun 1,49% menjadi Rp 660 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×