Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Meski pasar tertekan, dua emiten yakni PT Nipress Tbk (NIPS) dan PT Bank Permata Tbk (BNLI) tetap akan menggelar rights issue di akhir tahun ini.
NIPS berniat melepas 742,86 juta saham baru. Harga pelaksanaan rights issue NIPS di Rp 350-Rp 450 per saham. Jika dapat terserap maksimal, NIPS bakal meraih dana sebanyak Rp 260 miliar.
Richard Taniono, Direktur Operasional NIPS menyatakan, keputusan perusahaan mencari dana lewat rights issue bukanlah tanpa alasan. Produsen baterai ini memandang, skema rights issue relatif lebih efisien ketimbang sumber dana lain, semisal pinjaman perbankan.
"Kami sudah menjadi perusahaan terbuka sejak 1991 tapi belum pernah mencari dana di pasar modal," kata dia kepada KONTAN, Selasa (19/11). Kondisi tersebut membuat NIPS selama ini kurang dikenal investor pasar modal di Indonesia.
Imbasnya, pergerakan saham NIPS di bursa tidak terlalu atraktif. Nah, rights issue menjadi strategi manajemen mendongkrak likuiditas perdagangan saham NIPS.
Sebelumnya, NIPS sudah mendapat restu pemegang saham untuk memecah nilai nominal saham (stock split) dengan rasio 1:20. Rencananya, perdagangan saham baru NIPS pada 25 November.
Pemegang saham utama NIPS, PT Tritan Adhitama Nugraha, sudah menyatakan bakal menyerap 371,43 juta saham baru dengan nilai Rp 130 miliar.
Dana hasil rights issue 57% untuk membangun pabrik baterai industrial yang dibutuhkan oleh industri telekomunikasi dan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Sisanya untuk modal kerja.
BNLI juga akan merilis 1,2 miliar saham baru kelas B di harga Rp 1.242 per saham. BNLI bakal meraup dana Rp 1,5 triliun dari rights issue. Dana tersebut untuk penyertaan modal pada PT Astra Sedaya Finance (ASF).
BNLI akan meminta restu rights issue ke pemegang saham pada 19 Desember 2013. Selasa (19/11), harga NIPS turun 0,59% ke Rp 8.450. Sementara, harga BNLI ditutup anjlok 5,52% ke Rp 1.370.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News