Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) diprediksi masih baik, meskipun tetap menemui sejumlah tantangan.
Melansir laporan keuangan, Senin (11/12), PGEO membukukan pendapatan US$ 308,92 juta. Pendapatan ini naik 7,5% dari pendapatan di periode sama tahun lalu yang sebesar US$ 287,39 juta.
PGEO membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai US$ 133,5 juta. Laba ini naik 19,80% dari laba bersih di periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$ 111,43 juta.
PGEO juga masih rajin menginisasi proyek eksplorasi panas bumi. Terbaru, PGEO bersama Chevron New Energies Holdings Indonesia Ltd. (Chevron) membentuk Joint Venture, yakni PT Cahaya Anagata Energy. Melansir keterbukaan informasi, perusahaan ini ditujukan untuk mengembangkan Wilayah Kerja Panasbumi (WKP) Way Ratai, Lampung.
Baca Juga: Bisnis EBT Diprediksi Cerah, Simak Rekomendasi Saham PGEO Berikut Ini
Adapun 40% saham PT Cahaya Anagata Energy akan dimiliki oleh PGEO, dan sisanya sebanyak 60% dikantongi oleh Chevron. Cahaya Anagata Energy akan fokus melakukan eksplorasi panas bumi di WKP Way Ratai, Lampung, yang akan dilakukan hingga tahun 2028.
“Kami optimis kerja sama ini menjadi langkah maju yang positif," kata Direktur Utama PT Pertamina Geothermal Energy Julfi Hadi dalam siaran pers dilansir Senin (11/12).
Menyusul pengumuman kerja sama ini, kinerja saham PGEO juga tercatat naik. Melansir RTI, Senin (11/12), saham PGEO naik 10,40% dalam seminggu.
Pengamat Pasar Modal Teguh Hidayat mengatakan, kinerja PGEO di tahun 2023 memang baik. Bahkan, harga saham PGEO naik dari harga saat Pertamina Geothermal melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada awal tahun 2023.
“Hingga hari ini, kenaikan harga sahamnya masih digerakan oleh sentimen momentum saja, seperti saat ramai bursa karbon beberapa waktu lalu,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (11/12).
Baca Juga: Performa Bisnis PGEO Diproyeksi Positif, Simak Rekomendasi Analis
Kenaikan saham PGEO dalam seminggu terakhir juga karena sentimen kerjasama Pertamina Geothermal dengan Chevron.
Selain itu, saham PGEO juga ikut terkerek karena kenaikan saham PT Barito Renewable Energy Tbk (BREN). Menurut Teguh, market cap BREN bisa naik sampai di atas market cap PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).
“Padahal BREN bisa dibilang hanya kontraktor dari proyek milik PGEO. Wilayah kerja mereka sama, tapi panas buminya milik PGEO,” paparnya.
Teguh mengingatkan, kerjasama PGEO dengan Chevron baru di tahap eksplorasi. Jadi, belum tentu bisa hasil eksplorasi itu menghasilkan.
“Masih lama hingga panas buminya ditemukan, diesktraksi, dan dikonversikan menjadi energi listrik. Kemungkinan tidak berhasil juga ada, karena banyak aktivitas eksplorasi yang gagal,” ungkapnya.
Baca Juga: Garap WKP Way Ratai, Pertamina Geothermal (PGEO) Bentuk Joint Venture Bareng Chevron
Sampai saat ini, pendapatan PGEO juga masih berasal dari kawasan panas bumi yang ada di Pulau Jawa. Padahal, di luar Pulau Jawa, PGEO memiliki beberapa WKP juga, seperti di Sulawesi, Sumatra, bahkan beberapa proyek di luar negeri.
Teguh melihat, di kuartal IV 2023 dan tahun 2024, kinerja PGEO akan terkerek oleh kebijakan pemerintah yang mengutamakan bauran EBT untuk pembangkit listrik dibandingkan batubara.
Bahkan, PLN diamanatkan untuk memberi porsi lebih banyak untuk bauran EBT dibandingkan batubara, yakni sekitar 23% hingga tahun 2025.
“Namun, meskipun WKP panas bumi PGEO belum beroperasi, tapi laba PGEO di tahun 2024 bisa naik lagi karena sentimen kebijakan pemerintah,” ujarnya.
Prospek bisnis EBT juga masih cerah ke depannya, terutama dengan sentimen kebijakan pemerintah.
Baca Juga: Intip Saham Pilihan Investor Tahun 2024 dan Ulasannya
Namun, apakah sentimen itu bisa membuat profitabilitas PGEO lebih tinggi masih harus dilihat lagi. Sebab, energi panas bumi memang lebih mahal untuk pembangkit listrik dibandingkan batubara, tetapi lebih ramah lingkungan.
Karena, sampai hari ini PGEO masih berada di tahap eksplorasi yang membutuhkan banyak pengeluaran dari modal atawa capital expenditure (capex) hari ini dan hasilnya baru bisa terlihat di tahun-tahun mendatang.
“Kalau dilihat, return on equity (ROE) PGEO bagus, seperti emiten perbankan, tetapi belum setinggi emiten konsumer, tidak sampai rata-rata 30%-40%,” tuturnya.
Analis RHB Sekuritas Indonesia Muhammad Wafi melihat, secara teknikal, terjadi koreksi untuk test support MA20 sekaligus support bullish channel. Indikator RSI berada di 39 dan ACD histogram +16.
Wafi pun merekomendasikan buy on weakness untuk PGEO dengan level support Rp 1.100 per saham dan resistance Rp 1.300 per saham. Teguh merekomendasikan hold untuk PGEO dengan target harga Rp 1.100 per saham-Rp 1.200 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News