Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) membidik pertumbuhan kinerja 10% pada tahun 2025. Meski begitu, tiga bulan pertama ini perseroan mencatatkan kinerja yang kurang memuaskan dengan penurunan pendapatan dan laba bersih.
Berdasarkan laporan keuangannya, SIDO mencatatkan penjualan sebesar Rp 789,1 miliar pada kuartal I 2025. Angka itu turun 25,09% secara tahunan (year on year/yoy) dari sebelumnya Rp 1,05 triliun.
Laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk ambles 40,34% yoy menjadi Rp 232,94 miliar. Kuartal I 2025, pos tersebut mencatatkan nilai Rp 390,49 miliar.
Investment Analyst Edvisor Profina Visindo, Indy Naila mengatakan penurunan kinerja pada kuartal I 2025 lebih disebabkan penurunan daya beli. Oleh sebab itu, ia memperkirakan target pertumbuhan SIDO tahun ini tetap berpotensi tercapai.
"Hanya saja jika dari sisi inflasi sudah terkendali sehingga ada peningkatan daya beli dan dapat memperbaiki margin serta ada efisiensi biaya dari bahan baku untuk produksi dan juga bisa memperluas pasar ekspor," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (5/5).
Baca Juga: Sido Muncul (SIDO) Tebar Seluruh Laba Jadi Dividen, Analis Ingatkan Hal Berikut
Indy memproyeksikan segmen herbal dan supleman masih akan menjadi driver kinerja perseroan. Sebab, segmen tersebut memiliki margin tinggi untuk SIDO.
"Pendapatan diperkirakan masih bisa tumbuh di angka 5% dan juga laba bersih masih ada potensi tumbuh, tetapi dengan catatan akan ada pemulihan daya beli dan juga efisiensi biaya dan bisa tumbuh stagnan 5%," tegasnya.
Analis Phillip Sekuritas Indonesia, Helen melanjutkan bahwa target kinerja SIDO tahun ini juga akan didukung dari ekspansi di pasar domestik dan internasional. Lalu, penguatan saluran distribusi melalui General Trade dan Modern Trade.
Selain itu, SIDO telah meluncurkan inisiatif baru, menjadi perusahaan jamu pertama yang bermitra dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI). "SIDO juga akan memperluas gerai Gerai Sehat, yang telah mencapai sembilan lokasi di beberapa rumah sakit pada tahun 2024," terangnya.
Helen juga melihat prospek SIDO tetap positif, seiring kepemimpinan pasar dalam kategori produk obat flu herbal. Lalu, pertumbuhan yang menjanjikan untuk ekspor dengan ekspansi pasar ke Afrika dan Indocina, peluncuran produk baru, rasio pembayaran dividen yang stabil dengan rata-rata lebih dari 90%, dan neraca yang bebas utang.
Karenanya, ia tetap mempertahankan rekomendasi beli untuk SIDO dengan target harga Rp 690. "Risiko utama dari rekomendasi kami adalah fluktuasi harga bahan baku, meningkatnya persaingan, dan melemahnya permintaan konsumen," sebut Helen.
Adapun Indy lebih berhati-hati dengan merekomendasikan akumulasi bertahap dengan target harga Rp 670 per saham. Hal itu seiring sahamnya yang dinilai tetap menarik.
"Karena SIDO akan membagikan dividen sekitar 3%-4% dan masih ada potensi kinerja keuangan bertumbuh, walaupun memang secara valuasi masih cukup tinggi dengan PER di sekitar 14 kali," tutup Indy.
Baca Juga: Sido Muncul Bagikan Dividen 100%, Ini Penjelasan Manajemen SIDO
Selanjutnya: Sido Muncul (SIDO) Tebar Seluruh Laba Jadi Dividen, Analis Ingatkan Hal Berikut
Menarik Dibaca: Cuaca Besok di Bali, Denpasar Dominan Diguyur Hujan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News