Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
Senada, Liza menilai komoditas pertambangan masih bergantung pada perkembangan perang dagang AS-China. Sebab, Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Donald Trump merupakan sumber ketidakpastian yang tidak dapat dikendalikan.
Meski dianggap tidak ramah lingkungan, namun energi dari batubara masih tetap akan digunakan. Sebab, batubara merupakan salah satu sumber energi termurah untuk saat ini.
Baca Juga: BUMI menunggu kepastian perpanjangan kontrak Arutmin Indonesia
Khusus untuk komoditas nikel, Liza menilai harga nikel akan terangkat seiring dengan dilarangnya ekspor bijih nikel.
“Nikel juga punya masa depan ke mobil listrik tapi itu juga masih lama. Namun adanya larangan ekspor ini pasti akan membuat harga nikel bersaing. Karena supply nya juga mulai tertekan,” ujar Liza.
Di sisi lain, Chief Economist dan Analis Trimegah Sekuritas Fakhrul Fulvian mengatakan, dalam jangka pendek belum ada sentimen positif yang menggerakkan sektor ini.
Baca Juga: Harga batubara melemah, United Tractors (UNTR) kembali revisi target penjualan
Namun jika ada data-data perekonomian China yang membaik, maka sektor pertambangan diproyeksikan akan membaik setidaknya pada paruh kedua 2020.