kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.624.000   4.000   0,25%
  • USD/IDR 16.305   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.109   35,72   0,50%
  • KOMPAS100 1.044   5,37   0,52%
  • LQ45 824   5,99   0,73%
  • ISSI 212   -0,11   -0,05%
  • IDX30 427   5,07   1,20%
  • IDXHIDIV20 512   6,64   1,31%
  • IDX80 119   0,49   0,41%
  • IDXV30 122   1,03   0,85%
  • IDXQ30 140   1,68   1,21%

Sentimen China menarik tembaga dari level terendah


Minggu, 30 Agustus 2015 / 20:45 WIB
Sentimen China menarik tembaga dari level terendah


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Harga tembaga mendapat sentimen positif dari negeri tirai bambu. Kenaikan bursa saham China selama dua hari berturut - turut mampu mengangkat harga tembaga.

Mengutip Bloomberg, Jumat (28/8) , harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di Bursa London Metal Exchange turun tipis ke level US$ 5.135 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya US$ 5.140 per metrik ton. Selama sepekan harga tembaga naik 1,6%.

Selama sepekan lalu, harga tembaga cenderung fluktuatif hingga mencatat level terendahnya di US$ 4.935 per metrik ton pada Rabu (26/8). Bursa saham China, Shanghai Composite Index menguat selama dua hari terakhir setelah pemerintah China menggelontorkan dana ke pasar saham.

Hal tersebut menjadi salah satu pendukung kenaikan harga tembaga, mengingat China merupakan pengguna terbesar logam industri. Di samping itu, kenaikan harga tembaga juga didukung oleh data GDP Amerika Serikat (AS) kuartal II-2015 sebesar 3,7% yang mendorong prospek permintaan logam.

Sebelumnya, harga tembaga terus terpangkas lantaran investor khawatir permintaan dari China melambat. Harga tembaga yang mendekati level terendah sejak enam tahun terakhir memaksa penambang mengurangi produksi. Kamis lalu, Freeport-McMoRan Inc. mengumumkan akan memangkas produksi dan pengeluaran untuk tambang baru.

"Saya tidak melihat harga pemulihan harga tembaga akan berlanjut hingga tahun depan karena pasar kemungkinan akan tetap surplus akibat melambatnya pertumbuhan permintaan dan ekspansi tambang baru," ujar Stephen Briggs, seorang analis di BNP Paribas SA London, seperti dikutip Bloomberg.

China mengonsumsi sekitar 40% dari tembaga dunia. Pemerintah China pada Kamis lalu melakukan intervensi di pasar saham untuk menghentikan aksi jual terbesar sejak tahun 1996. Meski demikian, Bank Of Amerika Corp. menyatakan, rebound di pasar saham China hanya akan berlangsung sementara mengingat pemerintah di negeri Tembok Raksasa itu perlu modal cukup besar jika ingin terus melanjutkan intervensi. Menurut Deutsche Bank AG, pasar tembaga kemungkinan akan tetap mengalami surplus hingga tahun 2018.

Andri Hardianto, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures mengatakan, sebelum menggelontorkan dana ke pasar modal, pemerintah China juga memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin. Hal tersebut membawa sentimen positif bagi sektor industri dan manufaktur.

“Dengan pemotongan suku bunga acuan, maka tingkat suku bunga kredit juga turun dan diharapkan menstimulasi industri China sebagai salah satu konsumen tembaga terbesar," ujar Andri akhir pekan lalu.

Namun demikian, Andri pun menilai kenaikan harga tembaga hanya akan terjadi sesaat. Alasannya, secara fundamental belum ada data solid yang mengindikasikan kenaikan permintaan. Selanjutnya, Andri menduga pelaku pasar akan menunggu data manufaktur PMI China yang akan dirilis tanggal 1 September 2015. Angka manufaktur PMI China diperkirakan turun menjadi 49,8 dari sebelumnya 50. "Menurut beberapa analis jumlah permintaan tembaga China merupakan salah satu indikator pertumbuhan sektor industri dan manufaktur China," imbuh Andri.

Sementara AS merupakan konsumen tembaga terbesar kedua di dunia, setelah China. Berbeda dengan China, konsumsi tembaga Amerika hanya sekitar 30% dari total konsumsi global. Menurut Andri, ekonomi AS saat ini ditopang oleh sektor teknologi, pertanian, dan properti.

Sedangkan sektor industri justru kurang berperan dalam ekonomi negeri paman sam. "Kenaikan pertumbuhan ekonom Amerika lebih ditopang oleh sektor tersebut sehingga tidak banyak mempengaruhi harga tembaga," imbuhnya. Oleh karena itu, pengaruh GDP AS terhadap harga tembaga tidak sebesar China.

Andri menduga harga tembaga pada Senin (31/8) akan menguat terbatas namun masih dalam tren melemah hingga sepekan ke depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×