Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Sentimen negatif masih terus membayangi harga komoditas tembaga. Harga tembaga masih tertekan oleh melemahnya permintaan dari China. Sementara upaya Negeri Panda untuk memperbaiki perekonomian belum menunjukkan hasil maksimal.
Mengutip Bloomberg, Senin (10/8) pukul 11.44 WIB, harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange turun 0,5% ke level US$ 5.145 per metrik ton. Penurunan harga tembaga masih terjadi meski akhir pekan lalu, harga tembaga mencatat harga terendah sejak Agustus 2009 di level US$ 5.173 per metrik ton.
Lesunya harga tembaga seiring dengan membengkaknya persediaan tembaga di LME ke level tertinggi sejak Januari 2014. Ibrahim, Analis dan Direktur PT Komoditi Ekuilibrium Berjangka mengatakan, harga tembaga belum mampu bangkit meski data penambahan tenaga kerja di AS pada bulan Juli 2015 mengalami perlambatan menjadi sebesar 215.000 dari sebelumnya 231.000. Angka tersebut juga meleset dari perkiraan sebesar 222.000. Sementara tingkat pengangguran tetap pada level 5,3%.
Ibrahim mengatakan, di akhir pekan lalu pergerakan harga tembaga mengantisipasi sejumlah data ekonomi China. Sementara di awal pekan ini, tembaga makin terpuruk lantaran sejumlah data ekonomi China masih menunjukkan hasil negatif. Sebut saja data trade balance yang turun menjadi US$ 43 miliar dari sebelumnya US$ 46,5 miliar. "Ekspor China merosot 83%, sedangkan impornya turun 81%," sebut Ibrahim.
China menyumbang 40% dari permintaan tembaga secara global. Turunnya trade balance menunjukkan permintaan dari China masih melemah. Morgan Stanley, seperti dikutip Bloomberg memprediksi, produksi tambang tembaga yang stagnan di tahun 2014 akan meningkatkan persediaan hingga hampir 5% tahun ini akan akan terus tumbuh hingga 2018.
Menurut Ibrahim, harga tembaga bisa semakin anjlok lagi. Untungnya, upaya China untuk menahan keluarnya dana investasi dari pasar saham menahan laju pelemahan tembaga. "China diperkirakan sudah menggelontorkan dana 900 miliar yuan untuk menopang pergerakan harga saham. Namun, hal tersebut tidak banyak berarti karena di pasar modal China minggu lalu sudah keluar dana investasi senilai US$ 3,4 triliun," lanjut Ibrahim.
Di samping itu, permintaan tembaga dari wilayah Eropa juga masih belum menunjukkan perbaikan. Seperti halnya di China, Eropa juga mengalami permasalahan ekonomi, salah satunya krIsis ekonomi yang melanda Yunani. Pada tanggal 20 Agustus mendatang, Yunani memiliki kewajiban melunasi utang senilai €3,4 miliar. Sebelumnya Yunani sudah membayar bunga obligasi senilai € 186,5 juta. Kemampuan Yunani untuk membayar kewajibannya ini dinilai sebagai sinyal positif. "Namun, ke depan masih akan tergantung kemapuan Yunani untuk melunasi utang-utangnya. Ada beberapa obligasi jangka pendek yang akan segera jatuh tempo," papar Ibrahim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News