Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) masih gencar melakukan divestasi anak usaha dalam beberapa waktu terakhir.
Tengok saja, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) yang baru saja menjual anak usahanya yang bergerak di sektor telekomunikasi, yaitu PT Ultra Mandiri Telekomunikasi (PT UMT).
Penandatanganan dilakukan oleh anak usaha PTPP, PT PP Infrastruktur, dengan PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) pada 2 Desember 2024. Aksi jual beli saham antara PT PP Infrastruktur dengan MTEL dilakukan melalui proses beauty contest. Jual Beli Saham PT UMT ini memiliki nilai sebesar Rp 650 Miliar.
Baca Juga: Emiten Gencar Divestasi Anak Usaha, Cermati Rekomendasi Sahamnya
Kemudian, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang akan menjual bisnis es krimnya kepada PT The Magnum Ice Cream Indonesia senilai Rp 7 triliun tidak termasuk PPN. Kesepakatan ini tertuang dalam kontrak yang telah diteken pada 22 November 2024.
Transaksi tersebut mencakup nilai pasar aset tetap sebesar Rp 2,55 triliun, nilai buku bersih per September 2024 senilai Rp 1,99 triliun dan nilai persediaan per September sebesar Rp 172,8 miliar.
PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR) telah mendivestasikan anak usahanya, PT Jasamarga Tol Transjawa (JTT) kepada PT Nusantara Infrastructure Tbk (META). Proses akuisisi 35% saham Tol Trans Jawa yang senilai Rp 15,75 triliun itu telah dibayar lunas oleh konsorsium GIC-MPTC pada Rabu (4/12) kemarin.
PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) juga mendivestasikan anak usahanya yang bergerak di bisnis pertambangan, yaitu PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), lewat initial public offering (IPO) dan penawaran umum perdana saham (PUPS).
Baca Juga: Sejumlah Emiten Divestasi Anak Usaha, Simak Rekomendasi Sahamnya
Chief Economist & Head of Research Mirae Asset, Rully Arya Wisnubroto mengatakan, kebalikan dari investasi, proses divestasi berpotensi mencerminkan kinerja perusahaan yang tidak terlalu baik.
“Pelepasan anak usaha itu berarti prospek ke depannya kurang bagus, ini terutama untuk UNVR. Saham dan raihan labanya kemungkinan bakal terus tergerus ke depan,” ujarnya saat ditemui Kontan, Kamis (5/12).
Dari beberapa emiten tersebut, Rully melihat kinerja JSMR masih cukup bagus ke depan dan menyarankan investor untuk melihat saham tersebut.
Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan melihat, ada berbagai macam latar belakang divestasi, baik kebutuhan pendanaan maupun fokus bisnis.
Untuk emiten BUMN Karya, dalam hal ini PTPP, ada dua motif pelepasan anak usaha, yaitu pendanaan dan fokus bisnis agar sinergi dengan rencana merger di BUMN Karya. Sementara, untuk JSMR dan ADRO divestasi aset lebih kepada kebutuhan pendanaan.
Baca Juga: Telkom Indonesia (TLKM) Makin Gencar Ekspansi Data Center, Cek Rekomendasi Analis
“Sementara, divestasi aset UNVR lebih kepada fokus ke bisnis utama,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (5/12).
Dampak langsung dari divestasi aset itu adalah untuk menambah kas atau likuiditas yang bisa digunakan untuk pendanaan investasi lainnya, serta pengembalian ke pemegang saham dalam bentuk dividen.
”Jika bisnis yang dilepas punya prospek baik tentu tidak akan dilepas, kecuali pertimbangan kebutuhan dana yang sangat penting,” paparnya.
Alfred melihat, kinerja JSMR dan ADRO masih cukup baik jika dilihat dari performa keuangan mereka. Realisasi laba kedua emiten itu dinilai juga masih baik hingga kuartal III 2024, bahkan untuk prospek di akhir tahun 2024 dan tahun 2025.
“Hanya performa saham mereka masih terhambat oleh sentimen pasar. Pada harga saat ini, untuk dua saham tersebut masih relatif murah dan menarik,” ungkapnya.
Baca Juga: Ekspansi Melalui Anak Usaha, Cek Rekomendasi Saham DOID, INDY, DSSA hingga LABA
Founder Stocknow.id, Hendra Wardana melihat, fenomena divestasi anak usaha yang dilakukan oleh sejumlah emiten besar, seperti PTPP, JSMR, ADRO, dan UNVR, mencerminkan langkah strategis untuk memperkuat fundamental perusahaan sekaligus merespons dinamika bisnis yang terus berkembang.
Divestasi ini sering kali bukan pertanda buruknya kinerja bisnis utama, tetapi justru strategi untuk mengoptimalkan modal, meningkatkan efisiensi operasional, atau mendiversifikasi fokus bisnis.
Misalnya, langkah PTPP melepas anak usaha dengan nilai Rp 650 miliar adalah bagian dari upaya mengejar target divestasi Rp 1 triliun demi memperkuat arus kas dan mendukung proyek infrastruktur baru.
Begitu pula JSMR, yang melepas kepemilikan Tol Trans Jawa kepada konsorsium META, itu bertujuan untuk memperoleh dana segar guna mempercepat pembangunan ruas tol strategis lainnya.
Baca Juga: Emiten Genjot Laba Lewat Divestasi Anak Usaha
Sementara, ADRO yang melakukan divestasi AADI melalui IPO tidak hanya membuka nilai tambah baru untuk perusahaan, tetapi juga menciptakan entitas independen yang lebih fokus dalam pengelolaan bisnis batu bara.
Sementara, divestasi Magnum oleh UNVR senilai Rp 7 triliun adalah langkah besar untuk memperkuat modal kerja dan efisiensi di tengah tekanan pasar.
“Sentimen positif ini diharapkan mampu menjaga kinerja keuangan emiten-emiten tersebut. Terutama di akhir 2024 hingga 2025, di mana fokus pada efisiensi dan optimalisasi bisnis akan menjadi pendorong utama,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (5/12).
Menurut Hendra, dampak pelepasan anak usaha itu terhadap kinerja keuangan sangat bergantung pada alokasi dana hasil divestasi.
Jika dialokasikan secara optimal, seperti untuk mengurangi utang, meningkatkan likuiditas, atau mendukung ekspansi, divestasi akan memberikan dorongan positif bagi fundamental perusahaan.
Namun, pelepasan anak usaha yang memiliki kontribusi signifikan terhadap pendapatan dapat menjadi tantangan jika tidak diimbangi dengan pengelolaan bisnis utama yang lebih efisien.
Baca Juga: Jangan Terlewat! Ini Harga, Rasio & Jadwal PUPS Adaro (AADI) oleh Alamtri (ADRO)
“Oleh karena itu, investor perlu mencermati realisasi strategi perusahaan pasca-divestasi untuk memastikan dampak positifnya jangka panjang,” paparnya.
Hendra pun merekomendasikan buy on weakness untuk ADRO yang berada dalam tren konsolidasi. ADRO direkomendasikan buy on weakness di level Rp 2.210 per saham, dengan target Rp 2.500 per saham.
“Potensi ini didukung oleh sentimen positif dari IPO AADI, yang memperkuat posisi ADRO sebagai salah satu pemain utama di sektor batu bara,” tuturnya.
Rekomendasi buy on weakness juga diberikan untuk UNVR dengan target harga Rp 2.020 per saham, karena pergerakan sahamnya berada di sekitar MA20 di level Rp 1.820 per saham.
“Dana hasil divestasi Magnum senilai Rp 7 triliun akan memperkuat struktur keuangan UNVR, sehingga potensi penguatan sahamnya cukup besar,” ungkapnya.
Baca Juga: Analis Rekomendasi Beli, Hari Ini (3/12) Pemesanan IPO Saham AADI Harga 5.550 Ditutup
Sementara, saham JSMR direkomendasikan beli di area support Rp 4.400 per saham, dengan target harga terdekat Rp 4.900 per saham.
“Divestasi tol Trans Jawa menjadi katalis positif karena memberikan ruang ekspansi bagi JSMR di proyek jalan tol strategis lainnya,” paparnya.
Hendra mengatakan, divestasi anak usaha tidak hanya menjadi katalis bagi kinerja keuangan emiten, tetapi juga menciptakan sentimen positif di pasar.
“Dengan pengelolaan strategi yang tepat, langkah ini berpotensi menjaga momentum pertumbuhan, sekaligus memberikan ruang bagi investor untuk mengoptimalkan peluang investasi,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News