Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tak hanya cuan dari dividen tunai, pelaku pasar juga bisa memburu dividen saham alias saham bonus. Setidaknya sudah ada empat emiten yang siap menebar saham bonus kepada para investornya.
Emiten yang sudah mengantongi persetujuan dari Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) adalah PT Sumber Global Energy Tbk (SGER).
Pemegang saham SGER menyetujui kapitalisasi agio saham sebesar Rp 561,12 miliar dengan cara membagikan sebanyak 11,22 miliar saham bonus.
Rasio saham bonus SGER adalah 7:18, yang artinya setiap pemegang tujuh saham lama akan memperoleh 18 saham baru. Cum saham bonus di pasar reguler dan negosiasi dijadwalkan pada 27 Mei 2024, sedangkan cum di pasar tunai pada 29 Mei 2024. Pembagian saham bonus berlangsung pada 14 Juni 2024.
Baca Juga: Simak Jadwal Pembagian Dividen Sumber Global Energy (SGER) Senilai Rp 129,38 Miliar
Emiten lain yang akan menebar saham bonus adalah PT Barito Pacific Tbk (BRPT). Emiten milik konglomerat terkaya di Indonesia, Prajogo Pangestu ini berencana membagi saham bonus dengan rasio 625:1, setiap 625 saham lama akan memperoleh satu lembar saham bonus.
Pembagian saham bonus BRPT menjadi bagian dari pemenuhan kewajiban untuk mengalihkan saham treasuri hasil pembelian kembali (buyback) dengan jumlah sebanyak-banyaknya 150 juta saham. BRPT akan terlebih dulu meminta persetujuan RUPSL pada 14 Juni 2024.
"Dengan dilaksanakannya pembagian saham bonus kepada seluruh pemegang saham Perseroan secara proporsional, maka likuiditas saham akan meningkat yang diharapkan akan memberikan dampak positif atas kinerja perdagangan saham Perseroan," ungkap manajemen BRPT dalam keterbukaan informasi, 8 Mei 2024.
Selain BRPT dan SGER, saham bonus juga akan dibagikan oleh PT Utama Radar Cahaya Tbk (RCCC) dengan rasio dividen saham 15:1 dan PT Hoffmen Cleanindo Tbk (KING) dengan rasio saham bonus 20:17.
Baca Juga: Indocement (INTP) Tebar Dividen, Setiap Investor Dapat Bonus Rp 90 per Saham
Investment Consultant Reliance Sekuritas Indonesia, Reza Priyambada melihat pembagian saham bonus memberi sinyal yang bagus kepada pasar. Namun seberapa signifikan daya tarik yang bisa dihasilkan akan tergantung dari persentase rasio pembagian dan likuiditas dari saham tersebut.
Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus sepakat, saham bonus bisa menjadi tambahan pemanis terhadap saham emiten tersebut. Apalagi saham bonus menambah jumlah saham yang beredar sehingga bisa meningkatkan likuiditas.
"Namun semuanya akan kembali kepada fundamental perusahaan setelah aksi tersebut dan seperti apa potensi valuasinya," kata Nico kepada Kontan.co.id, Selasa (21/5).
Research Analyst Phintraco Sekuritas, Nurwachidah sepakat, performa fundamental emiten dan posisi teknikal sahamnya akan menjadi faktor penting yang dilihat investor. Dia mengingatkan, meski pembagian saham bonus bisa meningkatkan likuiditas, tapi tidak selalu membawa kenaikan harga.
Dus, strategi untuk mengoleksi saham emiten yang akan membagikan saham bonus dan dividen tunai relatif berbeda. "Perlu lebih melihat kepada kondisi teknikal atau fundamental emiten yang bersangkutan, bukan momen pembagian saham bonus," ungkap Nurwachidah.
Sementara itu, Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto menyoroti bahwa saham bonus sama menariknya dengan dividen tunai. Saham bonus bahkan punya keunggulan dari sisi nilai yang bisa meningkat sesuai dengan harga sahamnya.
Baca Juga: Prajogo Pangestu Punya Harta Rp 1.134 Triliun, Lima Sahamnya Kuasai Hampir 20% Bursa
Namun, secara jangka pendek William mengamini saham bonus belum tentu membawa efek signifikan mendongkrak harga. Daya tarik saham bonus akan lebih signifikan dirasakan oleh para investor yang benar-benar ingin mengoleksi atau hold saham tersebut secara jangka panjang.
Jika ingin memanfaatkan momentum, William menilai strateginya bisa serupa dengan dividen biasa, yakni perhatikan jadwal cum date dan ex date. William maupun Reza punya jagoan yang sama, yakni saham BRPT dan SGER.
Nurwachidah juga melirik kedua saham tersebut. Namun, dia merekomendasikan sell on strength saham SGER saat menembus level harga Rp 2.190 - Rp 2.200. Sedangkan rekomendasi untuk BRPT adalah trading buy di harga Rp 1.210 dengan target di Rp 1.400 - Rp 1.450 dan stoploss jika anjlok ke bawah Rp 1.115 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News