kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.705.000   1.000   0,06%
  • USD/IDR 16.290   30,00   0,18%
  • IDX 6.750   -53,40   -0,78%
  • KOMPAS100 997   -8,64   -0,86%
  • LQ45 770   -6,78   -0,87%
  • ISSI 211   -0,72   -0,34%
  • IDX30 399   -2,48   -0,62%
  • IDXHIDIV20 482   -1,69   -0,35%
  • IDX80 113   -1,02   -0,90%
  • IDXV30 119   -0,06   -0,05%
  • IDXQ30 131   -0,75   -0,57%

Saham Lapis Kedua Menguat di Tengah Pelemahan IHSG, Cek Rekomendasi Analis


Senin, 24 Februari 2025 / 08:09 WIB
Saham Lapis Kedua Menguat di Tengah Pelemahan IHSG, Cek Rekomendasi Analis
ILUSTRASI. Suasana di lantai Bursa Efek Indonesia Jakarta, Selasa (11/2/2025). Saham lapis kedua mencatatkan penguatan di tengah tren pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Saham lapis kedua mencatatkan penguatan di tengah tren pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Sejak awal tahun ini, saham di papan pengembangan mengalami kenaikan sebesar 11,37%, lebih baik dibandingkan IHSG yang turun lebih dari 5% dalam periode yang sama. 

Dalam sepekan terakhir, IHSG mulai menunjukkan tanda-tanda technical rebound. Kondisi ini mendorong pelaku pasar untuk mencermati saham lapis kedua sebagai alternatif dalam aktivitas trading.

Baca Juga: Persaingan Ketat Banyangi Kinerja Semen Indonesia (SMGR), Cek Rekomendasi Analis

Direktur Kanaka Hita Solvera, Daniel Agustinus, memperkirakan IHSG masih berpotensi turun ke level 6.700 dalam beberapa hari ke depan jika tekanan dari sentimen eksternal terus berlanjut. "Masih banyak ketidakpastian di pasar," ujarnya, Minggu (23/2). 

Arus dana keluar (capital outflow) dari investor asing berpotensi berlanjut, yang dapat menekan saham kapitalisasi besar (big cap) atau first liner. Oleh karena itu, investor mulai mempertimbangkan rotasi ke saham lapis kedua dan ketiga. 

Praktisi pasar modal, William Hartanto, mengonfirmasi adanya indikasi rotasi menuju saham di papan pengembangan dan papan akselerasi. Menurutnya, tren ini berpotensi bertahan setidaknya hingga kuartal I-2025. Namun, ia mengingatkan bahwa peluang penguatan saham lapis kedua tetap terbatas. 

Baca Juga: Saham Lapis Kedua dan Akselerasi Mendaki saat IHSG Tertekan, Cek Rekomendasinya

"Hanya sebatas perpindahan aset dan pilihan alternatif," kata William. 

Vice President Marketing Strategy and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi, menambahkan bahwa investor cenderung memanfaatkan volatilitas saham lapis kedua saat IHSG dan saham blue chip mengalami tekanan. Namun, tren ini dapat berubah jika terjadi normalisasi dan stabilitas di saham blue chip serta IHSG. 

Pelaku pasar dapat memanfaatkan momentum saham lapis kedua, terutama yang memiliki aksi korporasi atau berita yang berpotensi memberikan dampak positif terhadap kinerja emiten. "Saham yang memiliki aksi korporasi cenderung lebih menarik bagi investor," kata Audi.

Direktur Reliance Sekuritas Indonesia, Reza Priyambada, menilai bahwa dalam kondisi pasar yang cepat berubah, orientasi investor lebih cenderung ke jangka pendek.

"Pergerakan saham sangat dipengaruhi oleh arus dana (money flow). Jika saham big cap tidak banyak bergerak, investor akan beralih ke saham lapis kedua dan ketiga. Cermati volume transaksi, tren pergerakan, serta sentimen yang sedang berkembang," jelasnya. 

Baca Juga: Tekanan IHSG Turut Melemahkan Saham Emiten Kesehatan, Cermati Rekomendasi Analis

Chief Executive Officer Edvisor Profina Visindo, Praska Putrantyo, menyarankan investor untuk menerapkan strategi trading jangka pendek serta melakukan analisis fundamental dan valuasi guna memantau kinerja saham lapis kedua. 

Menurut William, pelaku pasar masih dapat mempertimbangkan strategi trading buy pada saham lapis kedua dan ketiga dengan tetap membatasi risiko. Sementara itu, Audi lebih tertarik pada saham di papan pengembangan. 

Secara teknikal, Audi merekomendasikan speculative buy pada saham PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) dan PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB), dengan target harga masing-masing Rp 8.950 dan Rp 340 per saham. 

 

Baca Juga: Simak Lagi Prediksi IHSG dan Rekomendasi Saham Pilihan Analis untuk Senin (17/2)

Untuk jangka pendek, ia juga mempertimbangkan saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) dan PT DCI Indonesia Tbk (DCII), tetapi mengingatkan agar investor mengantisipasi aksi profit taking. Target harga BNLI dan DCII berada di Rp 2.230 dan Rp 86.000 per saham.  

Selanjutnya: Kuota KUR Tahun 2025 Naik Jadi Rp 300 T, Cek Syarat KUR Bank BPD DIY Tahun 2025

Menarik Dibaca: Promo Yoshinoya hingga 25 Februari 2025, Pembelian Kedua Double Beef Bowl Diskon 50%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×