kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham emiten komoditas bakal terseret harga minyak


Minggu, 06 Desember 2015 / 21:14 WIB
Saham emiten komoditas bakal terseret harga minyak


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Harga saham emiten di sektor komoditas diprediksi bakal jeblok. Keputusan OPEC yang tidak menurunkan kuota produksi minyaknya menjadi pemicu. Mengutip Bloomberg, harga minyak mentah WTI sudah jatuh ke level US$ 39,97 per barel untuk kontrak pengiriman Januari 2016.

Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia, mengatakan bahwa harga saham emiten di sektor komoditas akan turun. hal ini seiring dengan anjloknya harga minyak dunia. Ia memprediksi penurunan akan berlangsung lama karena Pertamina tidak merespon fluktuasi harga tersebut.

"Yang jelas, saham-saham komoditas tidak bagus. Batubara dan logam itu akan turun, kan penurunan (harga minyak) terjadi karena dolar menguat. Saham-saham metal juga tidak bagus," ujarnya kepada KONTAN, Minggu (6/12).

Menurutnya dampak yang akan dirasakan emiten di sektor komoditas akan berlangsung lama. Pasalnya Pertamina sangat lamban dalam menyesuaikan harga minyak. Pertamina harus segera merespon hal ini dengan cepat, apalagi saat ini Indonesia merupakan negara importir minyak yang diuntungkan dengan penurunan harga.

Seperti diketahui, Pertamina selalu menyesuaikan harga BBM setiap 6 bulan sekali. Semakin lama Pertamina menyesuaikan harga BBM, maka akan semakin berdampak terhadap pergerakan saham emiten di sektor komoditas khususnya minyak dan gas.

Noricho Gaman, Kepala Riset BNI securities memprediksi saham emiten di sektor komoditas akan terus anjlok sampai tahun 2017. Apalagi mencermati sektor komoditas yang selalu turun, khususnya minyak yang menurut prediksinya tahun depan hanya akan bergerak pada level 5,2%-5,3%.

"Saya pikir dampaknya akan sampai 2 tahun ke depan. Bisa sampai tahun 2017. Mungkin di kelas intermediate, mungkin kalau tumbuh hanya di US$52-US$53. Tahun depan kalau (harga minyak) membaik akan di US$52-US$53, padahal idealnya itu di US$ 80- US$ 90 per barel," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×