Reporter: Nova Betriani Sinambela | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah masih melanjutkan penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Mengutip Bloomberg, Kamis (8/8), rupiah menguat 0,88% ke level Rp 15.893 per dolar AS. Selaras, rupiah Jisdor Bank Indonesia ditutup menguat 0,92% ke level Rp 15.952 per dolar AS.
Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong mengungkapkan, penguatan rupiah disebabkan kondisi ekonomi Indonesia yang semakin membaik seperti penurunan inflasi, kenaikan cadangan devisa, hingga penjualan ritel yang mengakibatkan inflow asing cukup besar.
"Pelemahan dolar AS bukanlah faktor utama. Data ekonomi Indonesia yang dirilis akhir-akhir ini juga disambut positif oleh investor," kata Lukman kepada Kontan.co.id, Kamis (8/8).
Posisi cadangan devisa (cadev) Indonesia pada akhir Juli 2024 menunjukkan peningkatan. Bank Indonesia (BI) melaporkan, posisi cadangan devisa pada Juli 2024 mencapai US$ 145,4 miliar, naik dari posisi bulan sebelumnya sebesar US$ 140,2 miliar.
Baca Juga: Rupiah Semakin Berotot, Begini Proyeksinya Sampai Akhir Tahun
Selain itu, berdasarkan Bank Indonesia tingkat inflasi tahunan atau year on year (YoY) pada Juli 2024 mencapai 2,13%. Ini melandai dari inflasi tahunan di Juli 2023 sebesar 3,08%.
Di sisi lain Lukman menyatakan bukan hanya Rupiah yang mengalami penguatan. Namun mata uang Asia dan regional, terutama peso Filipina, ringgit Malaysia, rupiah, baht Thailand, yuan China yang menguat terhadap dolar AS.
Selain itu adanya prediksi pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS Federal Reserve juga mendukung penguatan rupiah. Menurutnya dalam jangka panjang rupiah diperkirakan masih akan menguat, namun penguatannya sudah terbatas.
"Saya melihat rupiah mungkin sudah mencapai level ideal di Rp 16.000 saat ini, namun keadaan global masih belum positif. Pelemahan ekonomi China dan ancaman resesi AS kiranya akan membatasi penguatan lebih lanjut," tutup Lukman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News