Reporter: Uji Agung Santosa | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Rupiah merosot dan kembali menembus level 13.000 per dollar Amerika Serikat. Di awal pekan ini, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang dirilis Bank Indonesia (BI) menunjukkan, rupiah berada di level 13.021 per dollar AS.
Itu berarti pada Senin (4/5) ini, nilai tukar rupiah turun 0,64% atau 84 basis poin dibandingkan Kamis (30/4). Pada akhir bulan lalu, kurs rupiah berada di level 12.937 per dollar AS.
Sementara di pasar spot, data Bloomberg menunjukkan rupiah berada di level 13.023 per dollar AS pada Senin ini. Itu menunjukkan kurs rupiah melemah 0,57% jika dibandingkan dengan Jumat (1/5) yang di kisaran 12.948 per dollar AS.
Pelemahan rupiah pada hari ini sebenarnya sudah diprediksi sebelumnya. Rupiah anjlok karena pelaku pasar mengantisipasi inflasi bulan April yang diperkirakan lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya.
Analis Pasar Uang Bank Mandiri Reny Eka Putri bilang, awal pekan ini, rupiah akan disetir pengumuman data-data domestik. Menurutnya, kenaikan harga barang dan jasa, termasuk bahan bakar minyak (BBM) pada bulan lalu menjadi indikasi kenaikan inflasi. Prediksi BI, inflasi April 2015 naik 0,19% menjadi 0,44%. “Jika lebih tinggi dari perkiraan, bisa semakin menekan rupiah, bahkan berpotensi kembali ke level psikologis Rp 13.000,” tuturnya.
Research and Analyst PT Monex Investindo Futures Agus Chandra juga menduga, rupiah rawan tekanan. “Hasil FOMC menjaga optimisme kenaikan suku bunga di tahun ini terus terjaga, sehingga pelaku pasar tetap mengoleksi dollar AS. Efeknya negatif bagi rupiah," jelasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News