kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45894,09   -2,57   -0.29%
  • EMAS1.368.000 0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Roller Coaster di Semester I, Cek Arah IHSG dan Saham Unggulan Analis di Semester II


Minggu, 30 Juni 2024 / 17:02 WIB
Roller Coaster di Semester I, Cek Arah IHSG dan Saham Unggulan Analis di Semester II
Seorang pekerja melihat layar digital yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Jumat (28/6/2024). IHSG BEI pada Jumat (28/6) dibuka menguat 21,41 poin atau 0,31 persen ke posisi 6.989,37, sementara kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 naik 4,93 poin atau 0,56 persen ke posisi 879,33 mengikuti penguatan bursa saham kawasan Asia dan global. ANTARA FOTO/Erlangga Bregas Prakoso/tom.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bagai roller coaster, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berfluktuasi kencang pada semester I-2024. Sempat menembus level tertinggi (all time high) di 7.454,44, IHSG terjun ke level 6.700 sebelum berbalik menanjak dan kembali menembus level psikologis 7.000 di akhir Juni.

Menutup perdagangan semester I-2024, IHSG melejit 1,37% ke posisi 7.063,57 pada Jum'at (28/6). IHSG tampak mengalami tekanan di separuh pertama 2024. Tergambar dari posisi minus 2,88% saat diakumulasi secara year to date.

Indikasi lainnya, dari 11 indeks sektoral di Bursa Efek Indonesia (BEI), hanya ada tiga sektor yang berhasil menguat di semester I-2024. Jawaranya adalah sektor energi yang mampu mengakumulasi penguatan 10,21%. Disusul sektor kesehatan (+4,43%) dan sektor barang baku (+2.63%).

Baca Juga: Atur Ulang Strategi Investasi di Semester II-2024

Sedangkan sektor yang terjun paling dalam dialami oleh indeks saham teknologi yang mengalami minus 28,54%. Dibuntuti oleh sektor transportasi dan logistik (-22,61%) serta sektor properti & real estate (-17,13%). 

Head of Equities Investment Berdikari Manajemen Investasi Agung Ramadoni menyoroti faktor eksternal yang menekan pasar saham. Terutama datang dari ketidakpastian kebijakan bank sentral terkait suku bunga acuan, serta penguatan indeks dolar Amerika Serikat (AS) yang membuat nilai tukar rupiah terus melandai.

Situasi cenderung tidak kondusif tersebut bahkan membuat sektor saham yang dinilai defensif ikut melemah, seperti sektor barang konsumsi primer (non-cyclicals) yang mengalami minus 4,43%. 

Baca Juga: Kinerja Emiten Kecantikan Masih Penuh Tantangan, Cek Rekomendasi Sahamnya

"Sektor non-cyclical ikut melemah karena faktor porsi bahan baku impor yang besar, sehingga tekanan dari segi biaya karena rupiah melemah terhadap dolar," kata Agung kepada Kontan.co.id, Mingu (30/6).

Head of Research Mega Capital Sekuritas (InvestasiKu) Cheril Tanuwijaya menambahkan, tekanan yang menimpa IHSG dan membuat mayoritas sektor saham tersungkur turut disebabkan oleh arus modal keluar (capital outflow) dari investor asing. Adapun, posisi investor asing mengakumulasi jual bersih (net sell) dengan total Rp 7,72 triliun di semester I-2024.

Net sell menyeret saham-saham berkapitalisasi pasar besar (big caps), sehingga menghambat laju IHSG. Sektor saham yang mampu menguat seperti energi dan barang baku terangkat oleh sentimen fluktuasi harga komoditas energi dan tambang. Sementara sektor kesehatan terdorong oleh kenaikan kinerja emiten di kuartal pertama dan prospek bisnisnya.

Pengamat & Praktisi Pasar Modal Riska Afriani mengamini faktor eksternal seperti kebijakan moneter yang masih ketat, penguatan dolar AS, hingga capital outflow menjadi penekan IHSG dan mayoritas sektor saham.

"Adanya ketidakpastian di pasar menyebabkan investor asing cenderung mencari alternatif investasi dengan risiko yang lebih rendah," kata Riska.

Baca Juga: Prospek Emiten Pelat Merah Belum Bergairah, Cermati Saham Pilihan Analis

Selain itu, Riska mengamati kontribusi dari saham big caps di masing-masing sektor. Dia mencontohkan gerak menanjak duo saham berbobot jumbo, PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) yang menopang sektor barang baku. Riska juga menyoroti PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang menyetir sektor infrastruktur.

 

Meski sempat tertekan akibat masuk ke papan pemantauan khusus yang diperdagangkan dengan skema Full Call Auction (FCA), BREN mampu mengakumulasi penguatan 34,78% dan menahan laju sektor infrastruktur hanya melemah tipis -1,35%. 

"Kinerja sektoral dipengaruhi oleh penguatan saham dengan kapitalisasi pasar terbesar di sektornya," imbuh Riska.




TERBARU

[X]
×