kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.461.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.130   40,00   0,26%
  • IDX 7.697   -47,60   -0,61%
  • KOMPAS100 1.196   -13,16   -1,09%
  • LQ45 960   -10,60   -1,09%
  • ISSI 231   -1,75   -0,75%
  • IDX30 493   -3,97   -0,80%
  • IDXHIDIV20 592   -5,69   -0,95%
  • IDX80 136   -1,30   -0,95%
  • IDXV30 143   0,32   0,23%
  • IDXQ30 164   -1,28   -0,77%

Cek Rekomendasi Saham Pilihan Analis dan Arah IHSG di Pekan Terakhir Semester I-2024


Senin, 24 Juni 2024 / 07:36 WIB
Cek Rekomendasi Saham Pilihan Analis dan Arah IHSG di Pekan Terakhir Semester I-2024
ILUSTRASI. Memasuki pekan perdagangan terakhir pada semester I-2024, IHSG memupuk harapan untuk bergerak menanjak di zona hijau. KONTAN/Cheppy A. Muchlis/19/06/2024


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Memasuki pekan perdagangan terakhir pada semester I-2024, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) memupuk harapan untuk bergerak menanjak di zona hijau. Asa itu tumbuh usai IHSG mampu melonjak 145,14 poin atau naik 2,16% sepanjang pekan lalu.

IHSG kembali menembus level 6.800, tepatnya di posisi 6.879,97. Arus dana masuk dari investor asing (capital inflow) perlahan mengalir kembali. Sepanjang pekan lalu, terjadi akumulasi beli bersih (net buy) sebesar Rp 333,5 miliar di seluruh pasar.

Secara sektoral, saham di sektor infrastruktur memimpin penguatan dengan kenaikan 5,27%. Disusul oleh sektor keuangan yang menguat 2,71%. Penguatan di sektor infrastruktur tak lepas dari dorongan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang keluar dari papan pemantauan khusus. Sementara sektor keuangan ditopang oleh rebound saham big bank.

Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham BBCA, MTEL, JPFA dan GRIA untuk Perdagangan Senin (24/6)

Financial Expert Ajaib Sekuritas Ratih Mustikoningsih mengamati pada perdagangan pekan lalu ada respons positif dari pelaku pasar terkait keputusan suku bunga Bank Indonesia (BI), dimana BI-Rate tetap bertahan di level 6,25%. Suku bunga yang tetap tersebut mengurangi risiko likuiditas dan menjaga Net Interest Margin (NIM) perbankan.

Head Customer Literation and Education Kiwoom Sekuritas Oktavianus Audi menambahkan, rebound pasar saham pada pekan lalu tak lepas dari posisi IHSG yang telah mendekati area jenuh jual. Kemudian, keluarnya BREN dari papan pemantauan khusus kembali menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap IHSG.

Founder Stocknow.id Hendra Wardana turut menyoroti keluarnya BREN dari papan pemantauan khusus dan gerak naik saham perbankan akan menjadi katalis penting yang menuntun laju IHSG. 

"Emiten perbankan saat ini berpotensi membentuk reversal trend secara teknikal," kata Hendra kepada Kontan.co.id, Minggu (23/6).

IHSG Belum Sepenuhnya Aman

Meski berbalik naik pada pekan lalu, tapi posisi IHSG di zona hijau belum sepenuhnya aman. Pengamat Pasar Modal & Founder WH-Project William Hartanto mengamati arah IHSG memang menguat, namun belum bisa dikatakan sepenuhnya reversal karena masih berada di bawah level psikologis 7.000.

Artinya, IHSG maupun barisan saham berkapitalisasi pasar besar (big caps) masih melakukan pengujian resistance. William mencontohkan empat saham big bank yang masih menguji level resistance-nya masing-masing.

Seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) pada resistance Rp 9.650, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) pada resistance Rp 4.600, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) pada resistance Rp 6.275, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) pada resistance Rp 5.000. 

Baca Juga: IHSG Berpeluang Menguat Pada Senin (24/6), Cermati Rekomendasi Saham Berikut

Ratih sepakat, rebound IHSG masih belum sepenuhnya terkonfirmasi. Ratih menyoroti sisi lain dari bertahannya BI-Rate pada level 6,25%, yang dapat membawa nilai tukar rupiah semakin tertekan. Adapun, IHSG sudah menembus level Rp 16.458 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat (21/6).

Depresiasi nilai tukar rupiah akan berdampak negatif bagi beberapa emiten dengan risiko nilai tukar yang tinggi. Meskipun menggunakan hedging, emiten tetap harus membayar premi dan membukukan kerugian selisih kurs jika nilai tukar rupiah tidak mencapai strike price yang ditentukan.

"Melemahnya nilai tukar rupiah dan iklim suku bunga tinggi juga berdampak negatif bagi sektor perbankan. Misalnya, minimnya likuiditas dan kualitas aset yang memburuk," terang Ratih.

Audi membenarkan, dari penguatan pekan lalu IHSG belum sepenuhnya menjadi konfirmasi pembalikan arah (bullish). Pelemahan nilai tukar rupiah menjadi katalis yang penting. Faktor selanjutnya adalah posisi investor asing, dimana secara year to date masih mengakumulasi jual bersih (net sell).

Terkait posisi investor asing ini, arah suku bunga acuan The Fed akan menjadi katalis yang penting. Bank sentral AS tersebut diprediksi hanya akan sekali melakukan pemangkasan suku bunga acuan sebesar 25 bps pada kuartal IV-2024.

"Masih akan sulit mendorong investor asing masuk kembali. Akan tetapi, jika sudah mulai terjadi pemangkasan suku bunga kami melihat investor asing akan kembali mencari alternatif investasi dengan return yang lebih tinggi lagi dan salah satunya dapat masuk kembali ke IHSG," terang Audi.

Trading Plan & Rekomendasi Saham

Dalam momentum transisi dari semester I menuju semester II -2024 ini, Audi memprediksi IHSG akan bergerak pada level support 6.840 dan resistance 6.990. Audi juga mengamati ada potensi antisipasi pelaku pasar terhadap rilis kinerja kuartal II-2024 dan menjelang rebalancing pada indeks mayor.

William menaksir IHSG akan kembali menembus level 7.000 pada bulan Juli. Sedangkan pada akhir bulan Juni ini IHSG diprediksi bergerak konsolidasi pada area support 6.700 dan resistance 7.000. 

William mengingatkan, potensi profit taking selalu ada ketika penguatan terjadi. Secara bersamaan, sebagian saham-saham big caps masih cenderung berbeda arah, yang bisa membuat penguatan IHSG masih terbatas.

Baca Juga: Saham BREN Jadi Penopang, Cek Prediksi IHSG dan Rekomendasi Saham untuk Senin (24/6)

Ratih memprediksi perdagangan 24 Juni - 28 Juni 2024 IHSG akan bergerak dalam kisaran support 6.720 dan resistance 7.000. 

"Jika investor memiliki posisi kas yang lebih dapat memanfaatkan buy on weakness saham Big Banks dengan porsi yang minim hingga kinerja keuangan kuartal II rilis," terang Ratih.

Sebagai rekomendasi, Ratih menyarankan buy pada saham PT Mayora Indah Tbk (MYOR) dengan target harga di resistance Rp 2.480 dan support di Rp 2.300. Kemudian buy PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) dengan target harga di resistance Rp 780 dan support di Rp 700.

Rekomendasi selanjutnya, buy PT XL Axiata Tbk (EXCL) dengan target harga di resistance Rp 2.300 dan support di Rp 2.050. Sementara itu, Hendra memperkirakan pada pekan ini IHSG akan menguji level classic resistance pada 7.026 dan dengan support gap di level 6.718.

Hendra merekomendasikan buy pada saham EXCL dengan target harga Rp 2.250 - Rp 2.290 dan stoploss di Rp 2.110. Rekomendasi lainnya adalah buy saham BMRI (target harga Rp 6.350 - Rp 6.550, stoploss Rp 5.875).

Hendra juga menyarankan buy saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dengan target harga Rp 1.185 - Rp 1.235, dan stoploss di Rp 1.110. Kemudian fast trade saham PT Elnusa Tbk (ELSA) dengan target harga Rp 442 - Rp 450, dan stoploss di level Rp 418.

Sementara itu, Audi menyematkan rekomendasi buy untuk saham BMRI, EXCL, MYOR, PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) dan PT Harum Energy Tbk (HRUM). Target harga masing-masing saham tersebut berada di level Rp 7.350, Rp 2.582, Rp 3.160, Rp 1.895 dan Rp 1.815 per saham.

Sedangkan William menyarankan untuk mencermati saham big caps dan lapis kedua. Saham pilihan William adalah MYOR, ELSA, PT Aspirasi Hidup Indonesia Tbk (ACES), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), dan PT Andalan Sakti Primaindo Tbk (ASPI).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Sales Mastery [Mau Omzet Anda Naik? Ikuti Ini!] Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×