Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
Hasilnya, Hasan memperkirakan net gearing PGEO akan mencapai 0,13 kali pada tahun 2025, menunjukkan bahwa PGEO memiliki banyak ruang untuk mendanai kebutuhan belanja modalnya yang sangat besar.
“Selain itu, pasca suksesnya IPO di kuartal pertama 2023, PGEO mampu melakukan penggalangan dana melalui penerbitan green bond, dengan skala penerbitan sekitar US$ 400 juta yang terutama akan digunakan untuk pembayaran fasilitas pinjaman,” tulis Hasan dalam riset, Senin (12/6).
Namun, rekomendasi ini memiliki sejumlah risiko utama. Pertama, PGEO adalah perusahaan padat modal yang membutuhkan banyak dana untuk mengembangkan dan mengoperasikan proyek panas bumi. Hal ini dapat mempengaruhi profitabilitas dan arus kas PGEO di masa depan.
Baca Juga: Selain Dividen, RUPS Pertamina Geothermal (PGEO) Rombak Jajaran Direksi dan Komisaris
Kedua, PGEO berkecimpung di industri yang sangat tunduk pada regulasi pemerintah dan insentif energi terbarukan. Setiap perubahan dalam regulasi atau tarif listrik dapat berdampak negatif pada bisnis dan pendapatan PGEO.
Ketiga, PGEO menghadapi persaingan dari perusahaan panas bumi lainnya serta sumber energi lain seperti batubara, gas, energi air, dan surya. PGEO dapat kehilangan pangsa pasarnya atau menghadapi tekanan harga jika tidak dapat mempertahankan keunggulan kompetitifnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News