Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasar surat utang tanah air terus menunjukkan pemulihan. Prospek obligasi dianggap lebih cerah karena perlambatan inflasi dan siklus kenaikan suku bunga diperkirakan sudah berada di tingkat puncak.
Mengutip Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI), imbal hasil (Yield) SUN acuan tenor 10 tahun bergerak turun pada level 6,3%. Turunnya yield mengindikasikan naiknya permintaan surat utang.
Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas, Handy Yunianto mencermati saat ini tekanan kenaikan suku bunga makin terbatas. Adanya penurunan inflasi dibarengi dengan ekspektasi suku bunga bakal melandai, maka seharusnya instrumen obligasi prospektif, sehingga mendorong yield US treasury turun.
Dari dalam negeri, Handy menilai kondisi domestik cukup solid karena tingkat inflasi sudah turun. Kebijakan fiskal juga berjalan positif di antaranya yang tercermin dari surplus neraca transaksi berjalan (current account).
Baca Juga: Lelang Sukuk Selasa (6/6) Catat Penawaran Tertinggi Sepanjang Tahun Ini
Transaksi berjalan kembali mencatat surplus didukung oleh surplus neraca perdagangan barang yang tetap tinggi. Pada triwulan I-2023, transaksi berjalan membukukan surplus sebesar US$ 3,0 miliar atau 0,9% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka tersebut melanjutkan capaian surplus pada triwulan IV-2022 sebesar US$ 4,2 miliar atau setara 1,3% dari PDB.
Handy bilang, menarik untuk dicermati saat ini ialah investor menunggu keberlanjutan tren current account surplus. Pasalnya, harga komoditas saat ini turun yang memungkinkan tekanan bagi transaksi berjalan.
“Pendapatan fiskal positif di tahun lalu naik luar biasa karena dipicu harga komoditas,” kata Handy dalam paparan di acara Market Outlook Mandiri Sekuritas, Rabu (7/6).
Baca Juga: Pasar Kripto dalam Tekanan Jangka Pendek, Bagaimana Prospeknya ke Depan?
Menurut Handy, isu makro terbesar saat ini bukanlah inflasi lagi. Pasar beralih dari kekhawatiran inflasi menjadi kekhawatiran pertumbuhan ekonomi. Pergeseran ini akan semakin mendukung pasar obligasi di tahun depan.
Mandiri Sekuritas mempertahankan pandangan positif terhadap obligasi pemerintah. Imbal hasil (yield) diperkirakan turun signifikan di tahun 2024. Inflasi diperkirakan memuncak dengan tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI) pada akhir tahun diekspektasikan sebesar 5,75%.
Konsolidasi fiskal yang berkelanjutan juga bakal menurunkan risiko penerbitan obligasi untuk tahun depan. Selain itu, sisa saldo kas pemerintah yang surplus dan perkiraan perputaran masuk dari aliran obligasi asing akan cukup untuk memenuhi pendanaan obligasi yang dibutuhkan pada tahun 2023.
Baca Juga: Ditjen Kekayaan Negara Catat Nilai Transaksi Lelang Rp 12,27 Triliun Hingga Mei 2023
Kendati demikian, Handy mengingatkan bahwa naiknya suku bunga secara besar-besaran bisa saja terjadi akibat kebangkitan kembali inflasi yang dapat memicu sentimen risk-off di pasar. Hal tersebut akan menimbulkan ketidakstabilan ekonomi global.
Meskipun pembelian bersih asing (net buy) di tahun ini terpantau pulih secara signifikan dibandingkan tahun lalu, tetapi level tersebut masih lebih rendah 30% dibandingkan kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) pada era sebelum pandemi. Pasar obligasi mengalami tekanan jual asing saat pandemi terjadi selama 2020-2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News