Reporter: Aris Nurjani | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lelang surat utang negara (SUN) di awal tahun masih sepi peminat. Menurut data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, penawaran masuk mencapai Rp 28,31 triliun pada lelang SUN Selasa (3/1). Dari total penawaran yang masuk, pemerintah menyerap sebanyak Rp 19,20 triliun.
Research & Consulting Manager PT Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro menilai, jumlah penawaran masuk lebih rendah dibandingkan rata-rata penawaran masuk pada tahun 2022 yang sebesar Rp 44 triliun.
"Jumlah ini juga sangat rendah dibandingkan penawaran masuk lelang SUN perdana tahun 2022 yang mencapai Rp 77 triliun," ujar Nico kepada Kontan.co.id, Selasa (3/1).
Baca Juga: Peminat Lelang SUN Masih Belum Ramai
Menurut Nico, investor masih cenderung wait and see terhadap prospek pasar obligasi. Pasar surat utang dibayangi risiko kenaikan inflasi domestik dan realisasi inflasi yang lebih tinggi daripada prediksi konsensus.
Pada lelang SUN kemarin, seri benchmark tenor 5 tahun dan 10 tahun menjadi buruan utama investor. Menurut Nico kedua seri secara historis memang paling likuid di pasar sehingga investor kemungkinan besar akan selalu mencatat permintaan tinggi.
"Semakin likuid suatu seri maka akan semakin diminati investor, investor akan bisa cepat pasang posisi jual jika kondisi bearish dan cepat pasang posisi beli jika kondisi bullish," ujar dia.
Baca Juga: Pemerintah Serap Dana Rp 19,20 Triliun dalam Lelang SUN Selasa (3/1)
FR0096 yang akan jatuh tempo 15 Februari 2033 mencatat penawaran masuk Rp 9,48 triliun. Dari total penawaran, pemerintah menyerap Rp 8,1 triliun dengan yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan 7,03%.
Sedangkan untuk seri FR0095 yang jatuh tempo 15 Agustus 2028, jumlah penawaran masuk mencapai Rp 6,49 triliun. Pemerintah memenangkan Rp 3,14 triliun dengan yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan 6,62%.
Nico memperkirakan, penerbitan SUN lewat lelang pada kuartal pertama 2023 dapat mencapai Rp 245 triliun. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal pertama 2022 yang sebesar Rp 209 triliun. Dari sisi demand, investor masih akan aktif menyasar seri-seri obligasi benchmark SUN ataupun SBSN.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News