Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten perbankan digital tahun ini nampaknya masih memiliki tantangan berat di tahun 2023. Beberapa bank bahkan ke depannya akan melakukan pergantian pimpinan direksinya.
Seperti yang baru-baru ini dialami oleh PT Bank Neo Ecommerce Tbk (BBYB) dan PT Bank Jago Tbk (ARTO).
Pengamat ekonomi dan pasar modal Budi Frensidy mengatakan, dengan kinerja bank digital yang tercermin di kuartal pertama 2023 menjadi penyebab prospek bank digital di tahun ini masih berat.
"Profit dari bank-bank ini masih negatif atau kalaupun laba, labanya masih kecil, hal itu membuat prospeknya di tahun ini masih berat sehingga tren PBV (price to book value) atau rasio harga saham menuju normal/wajar yaitu 1-2x akan terus berlanjut," kata Budi kepada Kontan.co.id, Minggu (7/5).
Sehingga dengan adanya pergantian manajemen dilevel direksi tersebut nantinya akan memberikan harapan baru untuk lebih menaikkan laba bersih bank tersebut.
"Pegantian direksi pada kedua bank ini nantinya akan memberikan harapan baru untuk lebih menaikkan laba bersih untuk Bank Jago dan untuk membalikkan kerugian menjadi laba di kuartal kedua berikutnya untuk Bank Neo," kata Budi.
Baca Juga: Prospek Saham Bank Digital Masih Berat Meski Kinerja Membaik
Jika melihat laporan hasil kinerja emiten-emiten bank digital selama kuartal pertama 2023, di mana beberapa bank di antaranya masih berupaya untuk mengurangi kerugian yang diderita. Meskipun di sisi lain ada juga bank yang telah mengantongi laba, baik itu laba yang meningkat, atau bahkan malah merosot dari tahun sebelumnya.
Bank yang masih menderita rugi adalah Bank Neo Commerce Tbk (BBYB), namun Bank Neo berhasil menurunkan kerugiannya menjadi Rp 68 miliar, turun 83,7% (YoY) dari derita rugi sebelumnya yang sebesar Rp 417 miliar di 2022.
Bank lain yang masih menderita rugi adalah PT Bank Aladin Syariah Tbk (BANK), yakni kerugian sebesar Rp 46 miliar di kuartal pertama 2023, naik 4,5%(YoY) dari sebelumnya Rp 44 miliar di 2022.
Sementara itu disisi lain terdapat emiten perbankan yang mengantongi penurun laba bersih di kuartal pertama 2023, sala satunya adalah PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang membukukan laba bersih Rp 18 miliar di kuartal pertama 2023, turun 8% (YoY) dari sebelumnya Rp 19 miliar di 2022.
Penurunan laba Bank Jago ini terjadi seiring dengan meningkatnya angka kerugian nilai aset keuangan atau impairment yang melonjak hingga 123% menjadi Rp133,48 miliar dari posisi sebelumnya Rp59,87 miliar.
Ditambah lagi dengan beban operasional Bank Jago yang tercatat meningkat 39% (YoY) menjadi Rp407,77 miliar di kuartal pertama 2023 dari sebelumnya Rp 292,67 miliar di 2022.
Emiten bank yang juga mengalami penurun kinerja adalah PT Bank Raya Indonesia Tbk (ARGO), tercatat Bank Raya membukukan perolehan laba bersih sebesar Rp 4,37 miliar di kuartal pertama 2023, turun anjlok 90,8% dari sebelumnya Rp 47,71 miliar di 2022. Turunnya laba AGRO terjadi di tengah terpuruknya pemberian kredit dan peningkatan beban.
Berbeda dengan empat bank digital di atas, PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) justru berhasil meningkatkan kinerjanya di kuartal pertama 2023 membukukan perolehan laba bersih yang meningkat.
Bank Allo mencatatkan pertumbuhan laba bersih 21%(YoY) menjadi Rp90,49 miliar dari sebelumnya sebesar Rp75 miliar di 2022. Salah satu penopang laba Bank Allo tumbuh yakni berasal dari kontribusi pendapatan bunga yang melesat 204%(YoY) menjadi Rp313,63 miliar pada kuartal pertama 2023 dari sebelumnya Rp103,3 miliar di 2022.
Melihat laporan kinerja emiten-emiten bank digital tersebut, Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, bank digital masih membutuhkan waktu untuk berproses.
"Mengingat momentum Bank Digital sudah lewat beberapa tahun lalu di tengah ancaman akan tingginya inflasi dan kenaikkan tingkat suku bunga. Secara jangka menengah hingga panjang, kami masih menaruh hati untuk prospek bank digital," kata Nico kepada Kontan.co.id, Minggu (7/5).
Namun untuk jangka pendek, Nico mengaku valuasi perusahaan dan bisnis plan yang akan dilakukan oleh Bank Digital tersebut perlu diperhatikan, mengingat untuk membentuk ekosistem bank digital, tidak semudah membentuk ekosistem e-commerce.
Baca Juga: Transaksi via Muamalat DIN Capai 2,4 Triliun Selama Momen Ramadan dan Lebaran
Menurut Nico yang menjadi satu point yang penting untuk menambah eksistensi dan user engagement terhadap applikasi bank digital adalah inovasi yang harus terus dilakukan, sala satunya dengan menambah daftar ekosistem dengan aplikasi lain yang akan memberikan nilai tambah.
Sementara itu terkait dengan realiasai kinerja laba, bagi bank-bank yang mengalami peningkatan harus terus diapresiasi begitu juga dengan bank yang memperkecil tingkat kerugiannya.
Nico juga menanggapi terkait dengan adanya perubahan direksi di beberapa bank tersebut, dia bilang "Tentu harus dipandang sebagai salah satu yang positif. Berarti ada penyegaran yang dilakukan guna menopang visi dan misi perusahaan di masa yang akan datang".
Sementara itu Tjandra Gunawan, yang saat ini masih menjabat Direktur Utama Bank Neo Commerce mengatakan perseroan melihat prospek pertumbuhan bank digital akan terus tumbuh ke depannya karena masyarakat sudah mulai terbiasa dengan layanan digital.
"Pandemi kemarin mempercepat akselerasi penggunaan layanan digital di berbagai kehidupan masyarakat, termasuk di dalamnya pada layanan perbankan digital," katanya kepada Kontan.
Strategi Bisnis di 2023
Bank Neo mengatakan sejak diluncurkan aplikasi neobank di Maret 2021 hingga kini tercatat sudah lebih dari 25 juta kali unduh dengan jumlah pengguna lebih dari 20 juta.
Ke depannya perseroan akan menargetkan untuk mengaktifkan nasabahnya dengan menjadikan mereka lebih aktif menggunakan layanan BNC dengan memberikan fitur dan layanan perbankan yang lebih lengkap untuk memberikan pilihan yang lebih luas.
Baca Juga: Naik 46%, DPK Jenius Tembus Rp 23,6 Triliun di Kuartal I-2023
Setidaknya untuk target kinerja di tahun 2023, Bank Neo membidik pertumbuhan bisnisnya pada segmen penyaluran kredit dan himpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) masing-masing sebesar 20%-30%(YoY).
Saat ini, Bank Neo sudah memiliki berbagai macam produk unggulan, diantaranya produk tabungan, deposito, dan tahun ini kami berencana untuk memperkenalkan produk reksa dana.
Dari sisi layanan dan fitur, aplikasi neobank sudah melayani pembayaran QRIS dan VA Payment, transfer dengan BI Fast, dan yang terbaru terdapat Neo Business untuk para pemilik UMKM mendapatkan akses layanan perbankan.
"Tahun ini Bank Neo juga akan semakin fokus ke penyaluran kredit produktif. Satu hal yang pasti, Bank Neo akan terus melengkapi berbagai layanan dan fiturnya untuk memanjakan dan menjawab kebutuhan nasabah." katanya.
Sementara itu PT Bank Raya Indonesia Tbk (ARGO), memasuki pertengahan tahun 2023 mengatakan perbankan masih menghadapi beberapa tantangan yang sudah berlangsung sejak 2022, dan hal itu pun akan berdampak kepada prospek bank digital dan penyaluran kredit.
"Di tengah kondisi makroekonomi yang masih dipenuhi ketidakpastian, inflasi, tren suku bunga, dan konflik geopolitik, industri perbankan diperkirakan masih akan mencatat kinerja positif walaupun mengalami perlambatan pada 2023," kata Ida Bagus Ketut Subagia, Direktur Utama Bank Raya kepada Kontan.
Baca Juga: Memahami Pentingnya Keamanan Siber dan Perlindungan Data Di Era Digital
Meskipun demikian, Bank Raya mengharapkan kredit masih dapat tumbuh dua digit agar sesuai dengan roadmap terutama untuk bisnis digital. Karena pada tahun 2023 perseroan akan fokus pada pengembangan bisnis digital.
Ida Bagus mengatakan kemampuan Bank Raya untuk bersinergi dengan ekosistem BRI Group dan beradaptasi dengan cepat di berbagai situasi inilah yang menjadi competitive advantage dan kunci keberlanjutan bisnis Bank Raya. "Sehingga kami dapat terus mempertahankan dan meningkatkan kinerja di beberapa area bisnis," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News