Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Provident Investasi Bersama Tbk (PALM) diproyeksikan masih belum bisa tancap gas dalam memperbaiki kinerjanya di tahun 2025.
PALM mencetak kerugian neto atas investasi pada saham dan efek ekuitas lainnya sebesar Rp 1,3 triliun per kuartal I 2025, memburuk dari rugi neto investasi Rp 1,08 triliun di kuartal I 2024. Rugi periode berjalan PALM menjadi Rp 1,43 triliun per akhir Maret 2025, naik dari Rp 1,18 triliun pada periode sama tahun lalu.
Per 31 Maret 2025, PALM memiliki saham PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) bernilai wajar Rp 2,39 triliun, saham MDKA Rp 1,92 triliun, PT Mega Manunggal Property Tbk (MMLP) Rp 1,93 triliun, dan PT XL Axiata Tbk (EXCL) Rp 200,64 miliar.
Direktur Investasi dan Portofolio Ellen Kartika mengatakan, kerugian PALM pada periode tersebut disebabkan oleh penurunan harga saham MDKA dari Rp 1.615 per lembar pada 31 Desember 2024 menjadi Rp 1.430 per lembar pada 31 Maret 2025.
Baca Juga: Begini Rekomendasi Saham Emiten yang sedang Rajin Cari Pendanaan Lewat Pinjaman
Saham MBMA juga turun dari Rp 458 per lembar menjadi Rp 300 per lembar pada periode yang sama.
Namun, penurunan tersebut sebagian diimbangi oleh kenaikan harga saham MMLP dari Rp 510 per lembar pada 31 Desember 2024 menjadi Rp 570 per lembar pada 31 Maret 2025, serta saham EXCL dari Rp 2.250 per lembar menjadi Rp 2.280 per lembar pada periode yang sama.
“Kerugian neto atas investasi pada saham dan efek ekuitas lainnya yang tercatat merupakan kerugian yang belum terealisasi atas investasi selama periode tersebut sebagaimana diungkapkan dalam laporan keuangan PALM,” katanya dalam jawaban tertulis kepada Kontan, Jumat (23/5).
Fluktuasi nilai investasi tersebut sebagian besar dipengaruhi oleh kondisi pasar yang tidak stabil. Termasuk, dinamika geopolitik dan meningkatnya ketegangan dalam perang dagang global yang kembali mencuat seiring meningkatnya aktivitas politik di Amerika Serikat (AS).
Meskipun demikian, PALM meyakini bahwa tekanan tersebut bersifat sementara dan dampaknya terbatas dalam jangka pendek.
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Citra Marga (CMNP) yang Bakal Rights Issue 2,23 Miliar
PALM pun tetap optimistis terhadap ketahanan portofolio perseroan yang terdiversifikasi dan dikelola dengan pendekatan jangka menengah hingga jangka panjang. “Secara fundamental, kinerja perusahaan-perusahaan dalam portofolio tetap berjalan sesuai dengan ekspektasi perseroan,” katanya.
Pada Februari 2025, PALM telah menerbitkan Obligasi Berkelanjutan II Tahap IV Tahun 2025 dengan jumlah pokok sebesar Rp 612,2 miliar.
Ke depan, PALM membuka peluang untuk kembali menerbitkan obligasi dengan mempertimbangkan beberapa faktor.
Yaitu, potensi penerimaan arus kas yang diperoleh PALM dari hasil divestasi, kebutuhan pendanaan untuk investasi, modal kerja, dan pelunasan pinjaman atau obligasi yang akan jatuh tempo, serta kondisi pasar, minat, dan permintaan investor.
Ellen menegaskan, strategi investasi PALM masih berfokus pada pasar saham, khususnya pada sektor-sektor strategis seperti sumber daya alam, logistik, serta telecommunication, media, and technology (TMT).
Baca Juga: Simak Rekomendasi Saham Lapis Kedua di Tengah Kenaikan IHSG
Namun demikian, PALM juga terbuka terhadap peluang investasi pada perusahaan tertutup di bidang-bidang tersebut. asalkan, peluang tersebut sejalan dengan strategi jangka menengah hingga jangka panjang PALM dan berpotensi dapat memberikan nilai tambah yang berkelanjutan bagi portofolio perseroan.
“Hingga akhir Maret 2025, PALM masih belum melakukan divestasi terhadap portofolio investasinya,” ungkapnya.
Nafan Aji Gusta, Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas mengatakan, kinerja portofolio PALM memang kurang progresif sejak awal tahun, sehingga menyebabkan rugi neto investasi sepanjang kuartal I 2025.
Jika kinerja porotofolio investasinya tidak dibenahi secara optimal, maka di tahun 2025 ini PALM kemungkinan masih akan mencatatkan kerugian neto investasi. Meskipun begitu, masih ada sentimen positif dari potensi penurunan suku bunga acuan bank sentral.
“Good corporate governance (GCG) juga bisa meminimalisasi kerugian PALM di sisa tahun ini,” ujarnya kepada Kontan, Minggu (1/6). Alhasil, Nafan pun belum memberikan rekomendasi saham untuk PALM.
Baca Juga: Pemerintah Lelang Wilayah Kerja Panas Bumi, Begini Rekomendasi Saham PGEO dan BREN
Direktur PT Rumah Para Pedagang Kiswoyo Adi Joe melihat, penurunan kinerja PALM di kuartal I 2025 juga disebabkan oleh anjloknya pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di awal tahun.
“Ke depan, kinerja portofolio PALM masih bisa mendorong kinerja di sisa tahun 2025 lantaran harga komoditas yang masih bisa menguat,” ungkapnya kepada Kontan, Minggu (1/6).
Melansir RTI, saham PALM parkit di level Rp 370 per saham pada akhir perdagangan Rabu (28/5). Saham perseroan sudah turun 15,53% sejak awal tahun alias secara year to date (YTD).
Baca Juga: Cermati Rekomendasi Saham Emiten BUMN Karya di Tengah Upaya Bayar Utang
Kiswoyo pun merekomendasikan beli untuk PALM dengan target harga di Rp 450 – Rp 500 per saham. “Tapi sahamnya agak tidak likuid, jadi hati-hati juga dan tidak disarankan masuk dalam jumlah yang besar,” ujarnya.
Selanjutnya: Bitcoin Cetak Rekor di Bulan Mei, Begini Saran Perencana Keuangan
Menarik Dibaca: Peringatan Dini Cuaca Besok 2-3 Juni, Provinsi Ini Staus Siaga Hujan Sangat Lebat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News