kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.325.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Peta kapitalisasi pasar di BEI masih timpang


Senin, 06 November 2017 / 07:45 WIB
Peta kapitalisasi pasar di BEI masih timpang


Reporter: Dede Suprayitno, Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tentu berkorelasi dengan pertumbuhan kapitalisasi pasar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Bukan cuma emiten utama, emiten lapis kedua maupun ketiga pun turut menyumbang pertumbuhan kapitalisasi pasar BEI. Lantas bagaimana kontribusi emiten itu?

Analis Binaartha Parama Sekuritas Reza Priyambada menilai, emiten lapis dua maupun tiga berperan menambah kapitalisasi pasar, meski tak sebesar big caps. Namun, pertimbangan memilih kapitalisasi pasar pun cenderung tak relevan. "Karena akhirnya pasar menginginkan gain," ujar dia, Jumat (3/11).

Saat ini, pasar cenderung mencari potensial kenaikan harga signifikan agar bisa mendapat untung di jangka pendek. Maklumlah, investor lokal memiliki karakter sebagai investor jangka pendek. Belakangan, investor lokal mendominasi pasar. "Ini membuat market cap lebih fluktuatif dari sebelumnya," kata Reza.

Data BEI memperlihatkan, akumulasi kapitalisasi 10 emiten terbesar di pasar modal mencapai 48,5% dari total market cap emiten atau setara Rp 3.240 triliun. Sedangkan 50 emiten terbesar berkontribusi 74,37%. Padahal saat ini, jumlah emiten di BEI mencapai 564 emiten, dengan nilai kapitalisasi Rp 6.702,76 triliun. Artinya, masih ada ketimpangan cukup besar pada market cap emiten di pasar modal.

Analis First Asia Capital David Nathanael Sutyanto menyatakan, ketimpangan ini membuat pasar saham menjadi tidak efisien. Hal ini membuat laju IHSG dipengaruhi oleh kinerja 10 emiten besar. Dia menambahkan, idealnya jumlah empat emiten terbesar setara di bawah 10% total market cap. Padahal saat ini, kontribusinya lebih dari itu. Lihat saja, market cap BBCA mencapai 7,7%, HMSP 6,9%, TLKM 6,2% dan BBRI 5,8%. "Ini yang menyebabkan pasar modal kita tidak efisien," ungkap David.

Memang, BEI menggenjot jumlah initial public offering (IPO). Saat ini sudah ada 28 emiten baru di BEI dari target 35 emiten baru tahun ini. Meski berpotensi menambah market cap, tapi nilainya tak seberapa. "Kenaikan IPO itu kecil sekali," lanjut dia.

Ada sejumlah langkah untuk meningkatkan market cap bursa. Misalnya, mendorong listing BUMN dan anak BUMN. Kemudian meningkatkan daya serap pasar saham di Indonesia yang saat ini cenderung rendah. Sehingga mempengaruhi besaran saham yang dilepas. "Juga mengajak emiten swasta lainnya masuk Indonesia. Karena ada yang sudah besar lebih memilih listing di Singapura," tutur David

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×