kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45891,58   -16,96   -1.87%
  • EMAS1.358.000 -0,37%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kapitalisasi pasar antar emiten masih timpang


Minggu, 05 November 2017 / 20:48 WIB
Kapitalisasi pasar antar emiten masih timpang


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Naiknya indeks harga saham gabungan (IHSG) berkolerasi dengan pertumbuhan kapitalisasi pasar (market capitalization). Bukan cuma emiten yang memiliki kapitalisasi pasar besar saja, namun emiten lapis kedua maupun lapis ketiga turut menyumbang pertumbuhan kapitalisasi pasar. Lantas bagaimana kontribusi emiten-emiten di luar lapis pertama tersebut?

David Nathanael Sutyanto, Analis First Asia Capital menyatakan ketimpangan tersebut membuat pasar saham menjadi tidak efisien. Hal ini membuat laju IHSG sangat dipengaruhi oleh kinerja dari 10 emiten besar. Dia menambahkan, idealnya jumlah empat emiten terbesar setara dengan di bawah 10% total market cap. Padahal saat ini, kontribusi BBCA sebesar 7,7%, HMSP sebesar 6,9%, TLKM sebesar 6,2%, dan BBRI sebesar 5,8%. "Ini yang menyebabkan pasar modal kita tidak efisien," kata David kepada Kontan.co.id, Jumat (3/11).

Memang saat ini, BEI juga menggenjot perusahaan-perusahaan baru untuk melakukan intial public offering (IPO). Saat ini saja setidaknya sudah ada 28 perusahaan yang melantai di BEI dari 35 perusahaan yang ditargetkan tahun ini. Meski berpotensi menambah market cap, namun nilainya tidak seberapa. "Jadi kalau kenaikan dari IPO itu kecil sekali," lanjutnya.

Sejumlah emiten mengalami pertumbuhan harga yang cukup signifikan. Misalnya saja PT Totalindo Eka Persada Tbk (TOPS). Sejak IPO pada 16 Juni 2017 dengan harga pembukaan pada level 310, kini saham TOPS berada pada level 2.730.

Contoh lainnya yakni PT Pelayaran Tamarin Samudra Tbk (TAMU) yang IPO pada 10 Mei 2017. Harga saham ini melonjak dari 110 menjadi 3.650. Meskipun terjadi lonjakan, David mengatakan perubahan nilai market cap emiten dinilai masih berkotribusi kecil.

Ada sejumlah langkah yang menurutnya bisa dilakukan untuk meningkatkan market cap bursa. Antara lain seperti mendorong listing perusahaan BUMN dan anak BUMN. Lalu meningkatkan daya serap pasar, pasalnya saat ini daya serap pasar saham di Indonesia cenderung rendah. Sehingga mempengaruhi besaran saham yang dilepas.

"Juga mengajak emiten swasta lainnya untuk masuk di Indonesia. Karena ada mereka yang sudah besar lebih memilih listing di Singapura," lanjutnya.

Selama awal tahun hingga saat ini, ada 10 emiten yang pergerakan harganya memimpin. Diantaranya BBCA naik 35,6%, BBRI naik 37%, UNVR naik 28,5%, BMRI naik 25,3%, UNTR naik 66,1%, BBNI naik 40,3%, INTP naik 51,3%, TPIA naik 36,3%, INKP naik 468,1%, dan GGRM naik 15,2%. Diantara 10 emiten tersebut, ada dua emiten second liner yang masuk 10 besar, yakni TPIA dan INKP.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×