kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Emiten ini gelembungkan kapitalisasi pasar IHSG


Kamis, 02 November 2017 / 21:52 WIB
Emiten ini gelembungkan kapitalisasi pasar IHSG


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus memperbarui rekor. Pada Rabu (1/11), indeks memecahkan rekor pada level 6.038,15. Sedangkan pada hari Kamis (2/11), indeks sempat menyentuh level tertinggi pada 6.082,23. Meskipun pada akhirnya harus ditutup melemah 0,12% pada level 6.031,11.

Perkembangan IHSG tersebut lantas juga secara otomatis mengembangkan kapitalisasi pasar alias market capitalization (market cap) pasar modal. Saat ini, market cap bursa mencapai Rp 6.693,49 triliun. Bursa Efek Indonesia (BEI) pun optimistis dalam jangka waktu tiga bulan ke depan, market cap bursa bisa mencapai Rp 7.000 triliun.

Pertumbuhan market cap dan IHSG tersebut dipengaruhi oleh kinerja emiten-emiten dalam bursa. Khususnya, emiten yang tercatat sebagai saham blue chips. Kinerja saham sektor perbankan, boleh dibilang tahun ini cukup gemilang. Secara year to date (ytd), sektor ini telah tumbuh 29,91%. Di saat yang sama, IHSG tumbuh 13,87%.

Market cap dua emiten perbankan bahkan bertumbuh dan unjuk gigi di level ASEAN. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) misalnya, saat ini memiliki market cap Rp 529,47 triliun. Angka ini berbeda sedikit dengan DBS Bank Ltd. Sedangkan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) memiliki market cap Rp 393,47 triliun, mengungguli market cap Malayan Banking Bhd dan CIMB Group Sdb Bhd.

Pertumbuhan kapitalisasi pasar emiten memang tidak terlepas dari outstanding share emiten dikalikan dengan harga per saham. Melihat hal tersebut, sektor perbankan menjadi mover kenaikan market cap IHSG. "Meski demikian, beberapa emiten memiliki harga yang sudah relatif mahal, BBCA misalnya. Bisa jadi, penggerak berikutnya adalah saham perbankan lain," terang Riska Afriani, Kepala Riset OSO Sekuritas kepada KONTAN di Bursa Efek Indonesia, Kamis (2/11).

Riska berpendapat, kapitalisasi pasar IHSG sampai dengan akhir tahun masih cukup sulit menembus angka Rp 7.000 triliun. Pasalnya, potensi kenaikannya sudah cukup sempit. Bila terjadi kenaikan, justru emiten bisa overvalued. Oleh karena itu, pertumbuhan market cap pada sisa akhir tahun ini, dinilai tidak seagresif pada awal tahun.

Selain kinerja emiten, ada faktor lain yang turut menggelembungkan market cap. Di antaranya adalah rights issue emiten, serta adanya perusahaan yang melantai di bursa lewat initial public offering (IPO). Saat ini saja sudah ada 28 perusahaan yang melantai di BEI dari 35 perusahaan yang ditargetkan tahun ini.

"Untuk saham yang IPO ini ada yang meningkatnya sudah berkali-kali lipat. Naiknya sudah luar biasa, karena harga saham mereka naiknya tinggi. Ini cukup baik untuk indeks," katanya.

Meski demikian, menumbuhkan kepercayaan diri investor baik lokal maupun domestik menjadi penting dalam peningkatan kapitalisasi pasar IHSG. Pertumbuhan yang terjadi sejak awal tahun tersebut, juga disumbang dari membaiknya fundamental emiten. Namun demikian, aksi profit taking juga bisa membuat kapitalisasi pasar turun.

Untuk PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) misalnya, dalam satu bulan terakhir harga saham TLKM terkoreksi 13,52%. Bila nanti TLKM menyentuh level support, dan saham halo-halo ini siap mendaki kembali, maka berpotensi menambah kapitalisasi pasar.

Kini saham TLKM berada pada level Rp 4.030. Bila sampai akhir tahun nanti bisa tumbuh menjadi Rp 4.500, maka ada potensi pernambahan kapitalisasi pasar sebesar Rp 45 triliun. "Untuk TLKM masih akumulasi beli sampai level Rp 4.500," ujar Riska.

Kevin Juido, Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas menyatakan, pertumbuhan kapitalisasi pasar tidak terlepas dari fundamental perusahaan yang baik. Hal itu tercermin dari laporan keuangan perusahaan yang dipublkasikan.

Hal tersebut, bisa membuat investor tertarik untuk masuk. "Pertumbuhan perbankan sudah cukup baik, dan ada potensi tahun 2018 bisa lebih baik lagi," kata Kevin.

Dia mencermati, saham BBCA masih dilirik oleh investor. Pasalnya, emiten ini berhasil menunjukkan kinerja yang cukup baik. Secara year to date saja, harga saham BBCA telah tumbuh 38,55%.

Emiten perbankan lain yang layak dicermati yakni BBRI. Menurutnya, aksi stock split yang akan dilakukan emiten dengan perbandingan 1:5, bisa membuat saham BBRI makin likuid. Rencananya, perdagangan dengan nilai nominal baru akan dilakukan pada 10 November 2017.

Dia mengamati, beberapa emiten perbankan kini sudah cukup mahal. Sejatinya, Kevin menjagokan emiten seperti BBTN, BBRI, BMRI, BBCA, dan BBNI. Namun, bila secara price earning (PE), Kevin lebih menjagokan emiten BBNI dengan PE 10,68 kali, dan BBTN dengan PE 11 kali. Dia merekomendasikan buy BBNI dengan target harga Rp 9.000 dan BBTN dengan target harga Rp 3.280. "Untuk BBNI sebaiknya tunggu koreksi dulu. Tapi untuk jangka panjang sudah bisa masuk," tambahnya.

Selain itu, dia mengamati emiten BBCA dan TLKM masih memiliki potensi kenaikan yang cukup besar pada tahun berikutnya. Sementara ASII masih cenderung stagnan, dan untuk HMSP masih belum terlalu signifikan karena terkena sentimen kebijakan cukai rokok. "Sebenarnya, faktor keamanan nasional itu sangat penting karena memberikan kepastian kepada investor," katanya.

Sementara itu, Riska merekomendasikan hold BBCA dengan target harga Rp 22.000, akumulasi buy TLKM dengan target harga Rp 4.500, buy BBRI dengan target harga Rp 16.500, hold HMSP dengan target harga Rp 4.020-Rp 4.050, dan hold UNVR dengan target harga Rp 49.500.

Berikut ini, sepuluh emiten dengan kapitalisasi pasar terbesar per 2 November 2017:

1. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)
2. PT HM Sampoerna Tbk (HMSP)
3. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM)
4. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI)
5. PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR)
6. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI)
7. PT Astra International Tbk (ASII)
8. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI)
9. PT Gudang Garam Tbk (GGRM)
10. PT United Tractors Tbk (UNTR)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×