Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan suku bunga Bank Indonesia seven days reverse repo rate (BI7DRRR) menjadi 5,5% menahan emiten mengeluarkan surat utangnya karena kupon yang ditawarkan kepada investor ikut naik.
Direktur Utama PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Salyadi Saputra mengonfirmasi, total emisi obligasi yang gagal masuk pasar di semester II 2018 mencapai Rp 20 triliun.
I Made Adi Saputra Analis Fixed Income MNC Sekuritas mengatakan, cost of fund naik juga dipengaruhi oleh kenaikan imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) yang menjadi acuan dari penerbitan surat utang korporasi.
"Perlu diperhatikan bahwa di antara emiten tersebut tadinya berencana menerbitkan medium term note (MTN), tetapi dengan adanya surat edaran OJK mengenai instrumen MTN maka beberapa emiten yang memang peringkatnya di bawah AA memutuskan untuk menunda penerbitan bahkan membatalkannya," kata Made, Selasa (21/8).
Sebelumnya, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan aset dasar (underlying aset) reksadana yang boleh digunakan manajer investasi (MI) hanyalah surat utang jangka menengah atau medium term notes (MTN) dengan peringkat atau rating minimal AA.
"Dengan surat edaran tersebut tentu akan mengurangi penawaran dari Asset Management yang merupakan investor terbesar dari instrumen MTN," kata Made.
Sementara, Dandi Hidayat Natanagara, Fund Manager PT Phillip Asset Management mengatakan, jika emiten tetap menerbitkan surat utangnya saat ini maka akan menghadapi tingkat imbal hasil yang mengacu pada yield wajar saat ini yang menurutnya sedang dalam tingkat yang tinggi.
"Paling harus strategis saja baca perkirakan pergerakan yield di tahun ini apakah ada kesempatan turun atau tidak dan disesuaikan dengan kebutuhan pendanaan si calon emiten, jika kebetulan restrukturisasi utang mungkin akan tetap akan berjalan penerbitannya," kata Dandi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News