Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas energi terjun bebas setelah perang dagang yang kembali memanas di akhir pekan lalu. Lihat saja, harga minyak bahkan ambles hamlir 7% dsn membuat harga komoditas energi kian bearish.
Berdasarkan data Bloomberg, Jumat (4/4), harga minyak WTI untuk kontrak pengiriman Mei 2025 ditutup anjlok 7,41% ke US$ 61,99 per barel.
Sejalan, harga minyak jenis Brent untuk kontrak pengiriman Mei 2025 juga ditutup turun 6,5% ke US$ 65,58 per barel.
Founder Traderindo Wahyu Laksono mengatakan, ada aksi jual yang dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran akan perang dagang global. Ini terjadi setelah China membalas kebijakan tarif timbal balik Amerika Serikat (AS), yang menandakan keretakan ekonomi yang semakin dalam.
"Perang dagang akan merugikan pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan komoditas utama seperti minyak mentah dan produk olahan," ujarnya kepada Kontan.co.id, Sabtu (5/4).
Baca Juga: Minyak Ditutup Anjlok 7% ke Level Terendah Lebih Dari 3 Tahun, Terseret Tarif China
Tekanan lebih lanjut untuk harga minyak seiring keputusan OPEC+ untuk melanjutkan rencana peningkatan produksi.
OPEC+i menargetkan untuk mengembalikan 411.000 barel per hari (bpd) ke pasar pada bulan Mei, jauh lebih tinggi dari yang dijadwalkan sebelumnya yaitu 135.000 bpd.
Pergerakan ini telah menambah sentimen bearish di pasar. Wahyu melihat para pedagang khawatir bahwa peningkatan pasokan di tengah melemahnya permintaan dapat memperburuk tekanan turun pada harga.
Analis Doo Financial Futures Lukman Leong memperkirakan, harga minyak WTI terbuka menuju US$ 55 per barel dengan adanya sejumlah setimen tersebut.
"Secara teknikal, support berada di US$ 60 yang kemungkinan besar akan bertahan paling tidak untuk saat ini hingga ada perkembangan dan data-data ekonomi baru dari dampak perang dagang," katanya.
Koreksi harga minyak ikut menyeret harga komoditas energi lainnya terperosok. Gas alam dan batubara misalnya, yang masing-masing turun 7,27% ke US$ 3,83 per MMBtu dan 2,41% ke US$ 97 per metrik ton.
Lukman menuturkan, perang dagang juga menjadi sentimen penekan bagi harga kedua komoditas tersebut. Untuk gas alam, akibat perang dagang maka bisa memicu Uni Eropa menghentikan impor gas dari AS.
Baca Juga: Pelemahan Harga Batubara Jadi Sentimen Negatif bagi Emiten Pertambangan Batubara
Lalu untuk batubara dengan adanya perang dagang berpotensi mengurangi permintaannya. Apalagi mengingat situasi batubara yang sedang kelebihan pasokan sehingga berpotensi menekan harganya lebih lanjut.
Secara keseluruhan Lukman memperkirakan harga minyak WTI berada di US$ 60 per barel di semester I 2025 dan US$ 55 per barel di akhir tahun 2025.
Sementara itu, dia diperkirakan harga gas alam berada di kisaran US$ 3,2 per MMBtu di semester I dan US$ 2,7 per MMBtu di akhir tahun, sedangkan batubara di US$ 80 per mentrik ton - US$ 90 per metrik ton.
Wahyu juga berpandangan bearish untuk harga komoditas di 2025. Ia memperkirakan harga gas alam dalam rentang US$ 2 - US$ 5 per MMBtu, dan batubara US$ 50 - US$ 120 per metrik ton.
Selanjutnya: Megawati Makin Ganas di Final Liga Voli Korea, Dukungan Manis Pacar Jadi Obat Kuatnya
Menarik Dibaca: Resep Tape Ketan Manis dan Banyak Air, Ini Rahasinya agar Berhasil
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News