kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.650.000   29.000   1,79%
  • USD/IDR 16.349   90,00   0,55%
  • IDX 7.073   43,40   0,62%
  • KOMPAS100 1.037   7,79   0,76%
  • LQ45 810   -1,46   -0,18%
  • ISSI 212   1,87   0,89%
  • IDX30 422   0,11   0,03%
  • IDXHIDIV20 506   -1,11   -0,22%
  • IDX80 117   0,24   0,20%
  • IDXV30 121   0,19   0,16%
  • IDXQ30 138   -0,30   -0,22%

Penundaan Tarif Impor AS Masih akan Mendukung Rupiah di Perdagangan Rabu (5/2)


Selasa, 04 Februari 2025 / 18:57 WIB
Penundaan Tarif Impor AS Masih akan Mendukung Rupiah di Perdagangan Rabu (5/2)
ILUSTRASI. Nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di perdagangan Selasa (4/2). Penundaan pemberlakuan tarif impor AS terhadap barang asal Meksiko dan Kanada telah mendukung rupiah.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di perdagangan Selasa (4/2). Penundaan pemberlakuan tarif impor AS terhadap barang asal Meksiko dan Kanada telah mendukung rupiah.

Berdasarkan data Bloomberg, Selasa (4/2), rupiah spot ditutup menguat 0,59% secara harian ke level Rp 16.351 per dolar AS. Senada, rupiah jisdor Bank Indonesia (BI) ditutup menguat 0,59% secara harian ke level Rp 16.365 per dolar AS.

Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengamati, rupiah berbalik menguat di sesi perdagangan Selasa, di tengah pelemahan indeks dolar (DXY). Hal itu dampak dinamika kebijakan perdagangan Amerika.

Seperti diketahui, Donald Trump telah menunda penerapan tarif 25% terhadap Meksiko dan Kanada untuk 30 hari ke depan. Hal ini diputuskan setelah pemimpin dari Kanada dan Meksiko mengumumkan langkah-langkah untuk meningkatkan keamanan di perbatasannya.

‘’Penundaan tarif dagangan terhadap Kanada dan Meksiko memberi ruang bagi sentimen risiko untuk membaik, yang turut berkontribusi pada pelemahan dolar,’’ kata Nanang saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (4/2).

Baca Juga: Rupiah Menguat Usai Trump Tunda Tarif Impor dari Meksiko & Kanada pada Hari Ini (4/2)

Sementara itu, Nanang melihat, sikap Amerika menunjukkan bahwa mereka akan tetap berlakukan kebijakan tarif terhadap China. Tarif 10% untuk barang-barang asal Tiongkok tetap berlaku mulai pekan ini.

Tetap berlakunya tarif impor terhadap barang asal China kemungkinan akan mendapatkan balasan dari Tingkok dan berdampak negatif buat dolar. Perang tarif ini berpotensi membuka ruang penguatan untuk rupiah berlanjut dalam jangka pendek.

Adapun Kementerian Keuangan China baru-baru ini mengumumkan retaliasi terhadap rencana penerapan tarif impor Amerika sebesar 10%.

China akan mengenakan pajak sebesar 15% atas jenis batu bara dan gas alam cair tertentu, serta tarif sebesar 10% atas minyak mentah, mesin pertanian, mobil berkapasitas besar, dan truk pikap yang mulai berlaku pada 10 Februari.

‘’Namun perlu diperhatikan terus-menerus perkembangan tarif Amerika ini, yang sewaktu-waktu bisa kembali mencuat. Volatilitas perdagangan dolar bisa kembali terjadi,’’ jelas Nanang.

Baca Juga: Tensi Perang Dagang Memanas, China Umumkan Langkah terhadap Google

Indeks dolar melemah

Pengamat Mata Uang Ibrahim Assuaibi mencermati, penundaan tarif perdagangan AS telah melemahkan indeks dolar yang berefek pada kuatnya rupiah. Akan tetapi, penguatan mata uang regional terbatasi akibat tarif 10% terhadap China masih akan berlaku.

Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau maupun Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum mengatakan bahwa mereka telah sepakat untuk memperkuat upaya penegakan hukum perbatasan sebagai tanggapan atas tuntutan Trump untuk menindak tegas imigrasi dan penyelundupan narkoba.

‘’Penundaan tarif untuk Meksiko dan Kanada telah memberi ruang bagi sentimen risiko untuk membaik dan berkontribusi pada pelemahan dolar AS,’’ sebut Ibrahim dalam risetnya, Selasa (4/2).

Terkhusus China, Trump berencana untuk berbicara dengan Presiden China Xi Jinping secepatnya minggu ini. Gedung Putih menyatakan bea masuk 10% untuk semua barang China akan mulai berlaku pada hari Selasa.

Di samping itu, kekhawatiran terus-menerus atas suku bunga AS masih membayangi pasar. Suku bunga tinggi untuk jangka waktu lama kembali menjadi perbincangan setelah data inflasi indeks harga PCE yang kuat dari minggu lalu.

‘’Federal Reserve telah mengisyaratkan bahwa inflasi yang kuat akan mengurangi dorongan untuk terus memangkas suku bunga. Pejabat Fed juga menandai keengganan untuk melonggarkan kebijakan di tengah ketidakpastian atas kebijakan Trump,’’ kata Ibrahim.

Baca Juga: Rupiah Ditutup Menguat ke Rp 16.351 Per Dolar AS pada Hari Ini, Paling Kuat di Asia

Sentimen yang membayangi rupiah

Nanang menyebut, sentimen umum masih membayangi rupiah dari kebijakan moneter The Fed yang masih ketat. Terlebih lagi, data ketenagakerjaan Amerika akan dirilis akhir pekan ini akan menjadi petunjuk baru bagi arah suku bunga.

Selain pengaruh dinamika global, rilis data ekonomi domestik yakni Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal keempat 2024 akan berperngaruh pada nasib nilai tukar Rupiah. Tanpa mengesampingkan pula pulihnya data ekonomi yang terlihat pada Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) selama Januari mengalami ekspansi 127.7 poin indeks, naik dari 125.9 di bulan sebelumnya.

Selain itu, laju inflasi turun pada 0.76% untuk tahun ke tahun dibandingkan 1.57% di Desember. Secara bulanan, terjadi deflasi sebesar 0.76% akibat program diskon tarif listrik, meskipun harga beberapa komoditas pangan naik akibat musim hujan.

Nanang memproyeksikan rupiah masih akan berfluktuatif dengan kecenderungan menguat pada rentang harga Rp 16.300 – Rp 16.400 per dolar AS di perdagangan Rabu (5/2).

Sedangkan, Ibrahim memperkirakan, rupiah akan menguat di rentang Rp 16.300 – Rp 16.360 per dolar AS.

Selanjutnya: Bunga Acuan Telah Turun, Kapan KPR Ikutan?

Menarik Dibaca: Cerah Berawan hingga Hujan Ringan, Simak Prakiraan Cuaca Jakarta Besok (

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×