kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.929.000   -4.000   -0,21%
  • USD/IDR 16.274   -99,00   -0,60%
  • IDX 7.927   68,06   0,87%
  • KOMPAS100 1.113   9,98   0,90%
  • LQ45 829   6,70   0,81%
  • ISSI 265   0,63   0,24%
  • IDX30 429   3,15   0,74%
  • IDXHIDIV20 497   3,62   0,73%
  • IDX80 125   1,07   0,86%
  • IDXV30 133   1,90   1,45%
  • IDXQ30 139   1,18   0,85%

Sejumlah Mata Uang Dunia Menguat, Dolar AS Loyo Terseret Prospek Suku Bunga The Fed


Senin, 25 Agustus 2025 / 18:58 WIB
Sejumlah Mata Uang Dunia Menguat, Dolar AS Loyo Terseret Prospek Suku Bunga The Fed
ILUSTRASI. This illustration picture taken in Paris shows 100 US Dollar and euro banknotes on December 16, 2025. Photo by Farzaneh Khademian/ABACAPRESS.COM


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Sejumlah mata uang utama dunia terus menunjukkan penguatan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang tahun berjalan (year to date/YTD) 2025.

Penguatan ini terjadi seiring dengan tren pelemahan indeks dolar AS (DXY) yang makin tertekan oleh ekspektasi pemangkasan suku bunga Federal Reserve (The Fed).

Mengutip data Trading Economics, per Senin (25/8) pukul 15.23 WIB, posisi DXY berada di level 97,87, melemah 2,92% secara akumulatif dalam setahun terakhir.

Baca Juga: Ditutup Rp 16.259, Rupiah Memimpin Penguatan Mata Uang Asia Terhadap Dolar AS

Euro jadi yang terkuat

Secara YTD, Euro (EUR) tercatat sebagai mata uang dengan penguatan tertinggi, naik 13,00% ke level US$ 1,17 per euro.

Disusul Pound Sterling (GBP) yang menguat 7,90% ke level US$ 1,35 per pound sterling.

Sementara itu, dolar Australia (AUD) naik 4,95% ke posisi US$ 0,64 per AUD, yen Jepang (JPY) menguat 6,39% ke level 147,29 per dolar AS, dan franc Swiss (CHF) melonjak 11,60% ke level 0,80 per dolar AS.

Baca Juga: Dolar AS Masih Tertekan, Pasar Menanti Keputusan Pemangkasan Suku Bunga The Fed

The Fed makin dekat memangkas suku bunga

Nanang Wahyudin, Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures mengatakan, ruang pemangkasan suku bunga The Fed makin terbuka setelah Ketua The Fed Jerome Powell memberi sinyal bahwa kebijakan moneter akan lebih longgar ke depan, seiring perlambatan di sektor tenaga kerja AS.

“Kendati angka inflasi masih moderat, tapi sifatnya sementara karena pengaruh dari tarif impor,” ujar Nanang kepada Kontan.co.id, Senin (25/8).

Nanang memproyeksikan euro berpotensi terus menguat menuju US$ 1,18 per euro pada kuartal III, bahkan bisa menembus US$ 1,19–US$ 1,20 per euro bila The Fed benar-benar memangkas suku bunga.

Baca Juga: Ringgit Malaysia dan Bursa Taiwan Pimpin Reli Pasar Asia Usai Sinyal Dovish Powell

Pound Sterling lebih tertahan

Berbeda dengan Eropa, menurut Nanang, Inggris masih cenderung hati-hati dalam pelonggaran moneter.

Hal ini disebabkan inflasi Inggris yang masih tinggi, yakni 3,8% pada Juli 2025, meningkat dari 3,6% pada bulan sebelumnya, dan merupakan level tertinggi sejak Januari 2024.

Meski Bank of England (BoE) sudah memangkas suku bunga ke 4,00% pada Agustus, langkahnya masih dianggap lambat. Dengan kondisi tersebut, pound sterling diperkirakan bisa menguat ke US$ 1,37–US$ 1,38 per pound sterling di kuartal III, dan berpotensi tembus US$ 1,39–US$ 1,40 pada kuartal IV hingga awal 2026.

Baca Juga: Faktor Eksternal Mempengaruhi Pergerakan Rupiah Hari Ini, Senin (25/8)

Swiss Franc jadi primadona safe haven

Untuk Swiss Franc (CHF), Nanang menilai peluang penguatan terhadap dolar AS masih terbuka, terutama bila ketegangan geopolitik global meningkat.

“CHF kembali jadi safe haven bila risiko geopolitik meningkat. Sisa tahun ini CHF diperkirakan bergerak di kisaran 0,7800–0,7900 per dolar AS,” ungkapnya.

Apalagi, Swiss National Bank (SNB) sudah lebih dulu memangkas suku bunga ke bawah 1%, sehingga memberikan ruang bagi franc untuk menguat lebih dalam.

Dolar Australia ditopang harga komoditas

Sementara itu, pergerakan dolar Australia (AUD) cenderung terbatas pada rentang US$ 0,6300–US$ 0,6600 per AUD.

Namun, dukungan dari kenaikan harga komoditas serta stabilisasi ekonomi China bisa menjadi faktor pendukung AUD.

“Jika harga komoditas tetap menguat dan ekonomi China stabil, AUD berpotensi naik menuju US$ 0,6800–US$ 0,6900 per dolar AS,” jelas Nanang.

Baca Juga: Para Pialang Kakap Wall Street Ini Prediksi The Fed Pangkas Bunga 25 Bps Bulan Depan

Yen Jepang lambat, tapi jadi lindung nilai portofolio

Di sisi lain, Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata, menilai yen Jepang (JPY) memiliki prospek penguatan bertahap terhadap dolar AS.

“Jika inflasi AS turun sesuai ekspektasi dan The Fed memotong suku bunga lebih awal, USD/JPY berpotensi merayap ke bawah. Tapi tanpa katalis hawkish dari Bank of Japan (BoJ), apresiasi yen kemungkinan bertahap,” ujar Josua.

Menurutnya, yen tetap relevan sebagai instrumen lindung nilai (hedge) dalam portofolio global, karena historisnya memiliki korelasi negatif dengan pasar saham saat kondisi risk-off.

Josua memproyeksikan, hingga akhir 2025, pergerakan USD/JPY akan berada di kisaran 142–148 per dolar AS, dengan bias menguat tipis bagi yen bila data ekonomi AS konsisten melemah.

Selanjutnya: Kereta Khusus Petani-Pedagang Dinilai Bisa Tekan Urbanisasi dan Gerakkan Ekonomi Desa

Menarik Dibaca: Memasuki Musim Hujan, KAI Sediakan Fasilitas Pengering Payung di 43 Stasiun

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×