Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga bitcoin kembali naik mendekati level US$ 105.000 pada Rabu (14/5). Sejumlah sentimen positif mendukung penguatan tersebut. Berdasarkan coinmarketcap, Bitcoin naik 0,72% dalam 24 jam terakhir ke US$ 103.501 pada Rabu (14/5) pukul 15.57 WIB.
Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin menyebutkan kenaikan tersebut didorong oleh serangkaian sentimen positif.
Termasuk di antaranya data inflasi CPI Amerika Serikat (AS) yang lebih rendah dari perkiraan, pernyataan optimistis dari Presiden AS Donald Trump, serta berita bahwa Coinbase resmi bergabung dengan indeks S&P 500.
Alhasil, harga Bitcoin sempat menyentuh US$ 104.700, sementara Ethereum sempat melonjak 9% ke US$ 2.700, memimpin kenaikan altcoin lainnya.
Baca Juga: Industri Kripto Telah Sumbang Pajak Hingga Rp 1,2 Triliun Sejak 2022
“Terlepas dari ketidakpastian terkait dampak kebijakan dagang Presiden Trump yang masih membayangi, perkembangan tersebut menggambarkan kondisi ekonomi AS yang masih cukup solid,” kata Fahmi menjawab Kontan.co.id, Rabu (14/5).
Dari sisi kebijakan, kesepakatan dagang terbaru AS dengan Inggris dan China, serta pelonggaran tarif barang bernilai rendah dari China, turut memberi sinyal positif bagi pasar.
Hanya saja, Fahmi menilai investor terlihat masih cukup berhati-hati. Ini tercermin dari aliran dana masuk neto pada instrumen ETF Bitcoin spot yang minus US$ 91,4 juta pada Selasa kemarin, menyudahi tren netflow positif beruntun pada instrumen tersebut selama empat hari sebelumnya.
Fahmi menjelaskan pasar mungkin akan membutuhkan katalis baru untuk melanjutkan reli yang ada saat ini.
Baca Juga: Bitcoin Tembus US$ 100.000, Investor Mulai Beralih Aset Berisiko?
Meskipun tren positif yang ada khususnya di pasar kripto masih terlihat cukup solid, area harga US$ 106.000 berpotensi menjadi resistance yang cukup sulit untuk dilewati di tengah potensi kenaikan inflasi dan perlambatan pertumbuhan ekonomi akibat kebijakan tarif Trump yang masih membayangi optimisme pasar saat ini.
"Perkembangan lebih lanjut terkait kebijakan perdagangan AS yang lebih akomodatif terhadap pertumbuhan ekonomi, disahkannya kebijakan pro-kripto AS yang memiliki dampak signifikan, serta optimisme The Fed untuk menurunkan suku bunga, merupakan beberapa contoh potensi katalis baru yang mungkin dapat berkembang ke depan," terang Fahmi.
Melihat situasi yang ada, terdapat beberapa opsi yang mungkin dapat dipertimbangkan oleh para investor sesuai dengan preferensi dan tujuan investasinya masing-masing.
Baca Juga: Trader Baru Pintu Pro Futures Meningkat Lebih dari 340%
Fahmi mengatakan, bagi investor yang cenderung konservatif, situasi saat ini dapat dimanfaatkan untuk mengamankan profit baik sebagian maupun keseluruhan sambil memantau perkembangan lebih lanjut untuk melakukan entry.
"Sedangkan bagi para investor yang memiliki tujuan jangka panjang, strategi hold atau bahkan buy more seperti yang dilakukan oleh Strategy dengan pembelian Bitcoin senilai US$ 1,34 miliar baru-baru ini menjadi opsi yang tidak kalah menarik," tutupnya.
Selanjutnya: Kemenkes: 5,3 Juta Orang telah Mengakses Pemeriksaan Kesehatan Gratis
Menarik Dibaca: Kementerian UMKM dan Lazada Latih 150 Pelaku Usaha Padang Memasuki Dunia Digital
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News