kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.560.000   -8.000   -0,51%
  • USD/IDR 16.275   10,00   0,06%
  • IDX 6.957   -60,21   -0,86%
  • KOMPAS100 1.029   -10,26   -0,99%
  • LQ45 801   -9,74   -1,20%
  • ISSI 211   -1,07   -0,51%
  • IDX30 411   -4,25   -1,02%
  • IDXHIDIV20 490   -6,86   -1,38%
  • IDX80 118   -1,07   -0,90%
  • IDXV30 122   -1,31   -1,07%
  • IDXQ30 136   -1,57   -1,14%

Harga Bitcoin Berpotensi ke US$ 200.000 di Tahun 2025, Ini Sentimen yang Menopangnya


Rabu, 11 Desember 2024 / 19:16 WIB
Harga Bitcoin Berpotensi ke US$ 200.000 di Tahun 2025, Ini Sentimen yang Menopangnya
ILUSTRASI. Harga bitcoin diproyeksi bisa tembus ke atas US$ 200.000 di tahun 2025, sejalan dengan kebijakan Presiden Terpilih Donald Trump


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Bitcoin (BTC) berhasil mencapai tonggak baru yang menembus level psikologis di atas US$ 100.000. Pasar memperkirakan Bitcoin dapat terus melaju yang didukung sentimen utama kebijakan pro kripto dari Presiden Amerika Serikat (AS) Terpilih Donald Trump.

Financial Expert Ajaib Kripto Panji Yudha mengatakan, sentimen yang perlu diperhatikan harga bitcoin ke depan meliputi faktor-faktor makroekonomi seperti data inflasi Amerika Serikat (AS) dan keputusan suku bunga Federal Reserve (The Fed).

Jika inflasi AS, baik melalui data Consumer Price Index (CPI) maupun Producer Price Index (PPI) lebih rendah dari ekspektasi pasar, maka Bitcoin dapat memperoleh dorongan untuk kembali menguji level resistance di US$ 100.000.

Sebaliknya, jika inflasi lebih tinggi, maka tekanan koreksi jangka pendek dapat semakin besar. Pasar mungkin akan terus memantau sinyal dari indikator makroekonomi untuk menentukan arah selanjutnya.

Baca Juga: Aksi Profit Taking Bitcoin Usai, Fokus Pasar Menanti Rilis Data Inflasi AS

Pada akhirnya, data inflasi tersebut bakal menjadi faktor krusial sebagai pertimbangan utama dalam penentuan arah suku bunga acuan. The Fed sendiri dijadwalkan bertemu dalam FOMC pada 18 Desember 2024 mendatang.

Panji menuturkan, jika The Fed menunjukkan sikap dovish, misalnya dengan indikasi penghentian kenaikan suku bunga atau melonggarkan kebijakan moneter, maka bisa menjadi katalis positif bagi Bitcoin.

Namun, jika The Fed bersikap hawkish dengan tetap menaikkan suku bunga atau memberi sinyal pengetatan lebih lanjut, Bitcoin mungkin tertekan.

‘’Oleh karena itu, investor perlu tetap waspada dan mengantisipasi volatilitas di sekitar rilis data dan pengumuman kebijakan penting ini,’’ kata Panji kepada Kontan.co.id, Rabu (11/12).

Chief Executive Officer (CEO) Gabriel Rey mencermati, Bitcoin memang butuh beberapa kali re-test level psikologis untuk menembus level harga baru. Bitcoin sendiri saat ini sudah tiga kali menguji level psikologis US$100.000, namun berakhir gagal yang berujung koreksi.

Gabriel berujar, biasanya hasil dari pengujian level baru tersebut mungkin baru terlihat di percobaan 4-5 kali. Sehingga, level titik support di US$ 89.000 – US$ 90.000 menjadi level krusial yang perlu diperhatikan.

Mengutip Coinmarketcap, Rabu (11/12) pukul 19.00 WIB, Bitcoin berada di posisi US$ 98.401, naik 0,58% dalam 24 jam terakhir dan menguat 2,17% dalam 7 hari terakhir. Bitcoin sedikit pulih dari aksi profit taking investor, yang terkoreksi ke level bawah US$ 100.000.

Terkait sentimen suku bunga acuan dinilai tidak begitu berpengaruh signifikan bagi harga bitcoin karena pelaku pasar meyakini bakal ada pemangkasan suku bunga lanjutan. Seperti diketahui, Bank sentral AS akan bertemu pada 17-18 Desember 2024 mendatang.

Menurut Gabriel, katalis positif bagi harga Bitcoin yang patut dinantikan ialah kebijakan Trump yang berjanji menjalankan kebijakan pro-kripto. Misalnya kebijakan penghapusan pajak capital gain pada mata uang kripto dan membeli bitcoin untuk devisa negara, yang dapat memberikan ripple effect pada pasar kripto.

‘’Kebijakan selanjutnya adalah pergantian Ketua Securities and Exchange Commision (SEC) yang sangat hostile bagi industri kripto,’’ ujar Gabriel kepada Kontan.co.id, Rabu (11/12).

Baca Juga: Bitcoin Tembus US$ 100.000, Altcoin Semakin Mendominasi Pasar Kripto

Atas dasar tersebut, Gabriel memandang, pelantikan Trump pada Januari 2025 nanti kemungkinan bisa mendorong harga Bitcoin ke level US$ 125.000. Bitcoin bahkan bisa lebih optimistis lagi menembus ke level US$ 200.000, apabila Trump benar-benar menunaikan janji-janji kebijakannya yang pro kripto.

Namun perlu diwaspadai risiko perang dunia yang sulit diprediksi. Perang seperti di Timur Tengah bisa terjadi kapan saja yang bisa mengurangi minat investasi berisiko seperti aset kripto.

Panji menilai, terdapat beberapa faktor yang mungkin bisa mendorong optimisme harga Bitcoin mencapai US$ 125.000 hingga US$ 200.000. Utamanya sentimen positif bagi harga bitcoin adalah kebijakan Trump yang mendukung industri kripto.

Kepemimpinan pro-kripto dari Presiden terpilih Donald Trump yang menunjuk Paul Atkins sebagai Ketua SEC baru membawa harapan regulasi yang lebih ramah terhadap aset digital. Hal ini diharapkan menarik lebih banyak investasi institusional ke dalam pasar kripto.

Panji melanjutkan, Bitcoin bisa terus melaju dengan arus masuk bersih ke ETF Bitcoin spot terus meningkat terutama minat dari institusi keuangan. Pembelian signifikan Bitcoin oleh MicroStrategy juga menjadi peluang kenaikan harga.

Di samping itu, Bitcoin juga secara historis menunjukkan kenaikan pada kuartal pertama dengan rata-rata kenaikan sebesar 55,35% dalam satu dekade terakhir (2013-2023). Dengan demikian, kemungkinan besar BTC bisa melampaui harga US$ 125.000 pada kuartal I-2025.

Baca Juga: Presiden El Salvador Menang Banyak dari Bitcoin, Pamer Cuan Rp 5,3 Triliun!

Sementara itu, Panji menyebutkan risiko negatif yang perlu diantisipasi adalah penurunan kepercayaan institusional seperti yang terlihat dari keputusan pemegang saham Microsoft pada 11 Desember yang menolak usulan investasi Bitcoin.

Keputusan ini berpotensi melemahkan sentimen pasar, khususnya di kalangan perusahaan besar, yang mungkin ragu untuk membeli Bitcoin.

Risiko lainnya adalah potensi distribusi Bitcoin dari dompet terkait Mt. Gox, yang dapat memberikan tekanan negatif pada pasar dalam jangka pendek. Selain itu, volatilitas di pasar derivatif dan ketidakpastian makroekonomi, seperti kebijakan moneter The Fed, juga bisa menambah tekanan terhadap harga Bitcoin.

‘’Dengan demikian, meskipun prospek jangka panjang Bitcoin tetap optimistis, investor perlu berhati-hati dan memperhatikan risiko-risiko jangka pendek ini untuk mengelola strategi investasi dengan lebih bijak,’’ ucap Panji. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×