kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.959.000   13.000   0,67%
  • USD/IDR 16.413   -9,00   -0,05%
  • IDX 7.515   50,54   0,68%
  • KOMPAS100 1.061   11,17   1,06%
  • LQ45 796   8,47   1,07%
  • ISSI 254   0,53   0,21%
  • IDX30 415   3,38   0,82%
  • IDXHIDIV20 474   3,64   0,77%
  • IDX80 120   1,18   1,00%
  • IDXV30 124   1,05   0,86%
  • IDXQ30 133   1,29   0,98%

Anomali Surplus Dagang Tak Mampu Angkat Kurs Rupiah, Ekonom Sebut Ini Penyebabnya


Selasa, 05 Agustus 2025 / 21:15 WIB
Anomali Surplus Dagang Tak Mampu Angkat Kurs Rupiah, Ekonom Sebut Ini Penyebabnya
ILUSTRASI. Petugas menghitung uang Rupiah dan Dolar Amerika Serikat di Jakarta, Senin (28/7/2025). Kepala Divisi Riset Ekonomi PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), Suhindarto menanggapi anomali dari fenomena melemahnya nilai tukar rupiah di tengah tren surplus neraca perdagangan Indonesia selama 62 bulan berturut-turut.KONTAN/Cheppy A. Muchlis/28/07/2025


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Kepala Divisi Riset Ekonomi PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo), Suhindarto menanggapi anomali dari fenomena melemahnya nilai tukar rupiah di tengah tren surplus neraca perdagangan Indonesia selama 62 bulan berturut-turut. 

Menurutnya, surplus neraca dagang tidak serta-merta membuat kurs rupiah menguat, karena ada faktor lain yang jauh lebih berpengaruh, yaitu neraca transaksi berjalan.

“Perlu digarisbawahi bahwa neraca perdagangan bukan satu-satunya faktor yang menentukan nilai tukar. Meski neraca dagang surplus, tekanan terhadap rupiah tetap ada jika neraca transaksi berjalan masih defisit,” jelas Suhindarto kepada Kontan, Selasa (5/8/2025).

Baca Juga: Surplus Perdagangan RI Berlanjut, tapi Tekanan Terhadap Rupiah Masih Kuat

Melihat data terakhir, Suhindarto menjelaskan pada neraca transaksi berjalan kuartal I-2025, memang neraca perdagangan barang mengalami surplus US$ 13,06 miliar dan neraca pendapatan sekunder yang mencapai US$ 1,57 miliar, namun surplus tersebut tergerus oleh defisit neraca jasa yang mencapai US$ 5,44 miliar dan defisit neraca pendapatan primer yang mencapai US$ 9,37 miliar. 

Sehingga secara keseluruhan, neraca transaksi berjalan justru mengalami defisit US$ 0,18 miliar. Ia menyebut hal ini pasti akan berimplikasi pada kurs rupiah yang masih akan melemah.

"Neraca transaksi berjalan adalah indikator yang lebih reliable daripada neraca perdagangan barang untuk mengetahui implikasi terhadap nilai tukar. Selama transaksi berjalan masih negatif, tekanan terhadap nilai tukar rupiah masih akan ada," jelasnya.

Judi online

Terkait fenomena adanya dugaan arus modal keluar ke Kamboja akibat maraknya judi online (judol), Suhindarto mengatakan bahwa hipotesis tersebut masih perlu dikaji lebih lanjut.

“Memang ada arus modal keluar dari Indonesia dan masuk ke Kamboja, tapi perlu dipastikan apakah benar asalnya dari Indonesia dan apakah memang terkait dengan aktivitas judol. Validitas dan reliabilitas data tersebut harus diuji lebih lanjut agar tidak menimbulkan kesimpulan yang menyesatkan,” ujarnya.

Suhindarto juga menyoroti sejumlah faktor eksternal yang memperburuk tekanan terhadap rupiah, terutama dari sisi pasar keuangan. Ia menyebut bahwa dalam beberapa pekan terakhir, terjadi arus keluar modal asing dari pasar saham dan surat utang domestik.

Setidaknya Ia menyebut terdapat tiga faktor utama penyebabnya keluarnya arus modal asing dari pasar Indonesia. Pertama adalah masih tingginya ketidakpastian yang melingkupi perekonomian global. Seperti diketahui, konflik geopolitik yang tensinya masih tinggi dan kebijakan luar negeri AS yang kerap berubah-ubah telah membuat ketidakpastian yang dihadapi oleh perekonomian dunia berada di level yang relatif tinggi. 

"Hal ini kemudian membuat investor akan relatif cenderung untuk mengalokasikan asetnya pada instrumen dan destinasi yang relatif lebih aman atau safe haven," ungkap Suhindarto.

Kedua, The Fed masih terus menjaga suku bunga acuannya pasca penurunan terakhir di akhir tahun lalu, sementara suku bunga acuan di dalam negeri telah diturunkan 3 kali telah membuat spread imbal hasil investasi Indonesia dengan AS menjadi semakin menyempit.

Baca Juga: Sejumlah Sentimen Ini Mempengaruhi Pergerakan Rupiah Selama Sepekan

Dengan risiko ketidakpastian yang relatif masih tinggi dan spread yang menyempit, maka arus modal keluar asing akan terpicu karena investor asing akan cenderung untuk menghindari risiko dan pasar domestik menawarkan premi yang lebih rendah daripada sebelumnya untuk mengkompensasi risiko tersebut. 

"Saya juga melihat asing juga memanfaatkan harga yang sudah tinggi saat ini (plus keuntungan dari translasi karena apresiasi rupiah sebelumnya) untuk taking profit," ungkapnya.

Seperti diketahui, sebelum Bank Indonesia memangkas suku bunga, yield telah terus turun dan berlanjut pasca pengumuman oleh BI, yang mana sempat menyentuh 6,488% pada 22 Juli 2025 atau level terendah di tahun ini. Dengan penurunan yang cukup besar, ruang untuk penurunan lebih lanjut menjadi lebih terbatas dan mendorong asing untuk taking profit

Ketiga, prospek ekonomi domestik yang diperkirakan relatif lebih lemah. Suhindarto menyebut bahwa erkiraan melemahnya perekonomian dalam negeri membuat investor berekspektasi akan melemahnya kinerja Perusahaan-perusahaan di Indonesia, yang mana membuat profitabilitas mereka diperkirakan akan tertekan. 

"Oleh karena itu, beberapa waktu terakhir ini kita melihat adanya capital outflow yang cukup besar dari pasar saham, terutama pada saham-saham big caps," bebernya.

Berbagai hal tersebut menurut Suhindarto adalah beberapa di antara faktor-faktor yang berperan cukup dominan dalam mempengaruhi capital outflow dan akhirnya juga berdampak pada depresiasi atau sulitnya nilai tukar rupiah untuk mencatatkan kinerja positif kembali.

Selanjutnya: Putin Ragukan Ultimatum Trump, Tetap Incar Empat Wilayah Ukraina

Menarik Dibaca: Jangan Tergiur Promo Murah! Ini 4 Tips Menghindari Penipuan Agen Perjalanan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×