Reporter: Melysa Anggreni | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Prospek kinerja reksadana offshore pada kuartal II-2025 dinilai masih cukup konstruktif, seiring tekanan yang melanda mata uang dolar Amerika Serikat (AS).
Koreksi nilai tukar dolar AS ini turut menekan valuasi aset-aset berbasis mata uang negara adidaya tersebut.
Baca Juga: Pasar Keuangan Tertekan, Kinerja Reksadana Turun dalam Sepekan
CEO Pinnacle Investment Guntur Putra mengatakan bahwa pelemahan dolar AS umumnya mendorong penguatan mata uang lain, terutama di kawasan emerging markets, Eropa, dan instrumen berbasis non-USD.
Hal ini menciptakan peluang bagi reksadana offshore yang memiliki eksposur ke saham-saham Asia, Eropa, maupun komoditas.
“Secara umum, kinerja reksadana offshore masih cukup baik. Pelemahan dolar AS juga berdampak positif bagi aset-aset berdenominasi rupiah, meski tidak signifikan, tetapi bisa sedikit meningkatkan nilai portofolio dalam rupiah,” ujar Guntur kepada Kontan.co.id, Senin (30/6).
Lebih lanjut, Guntur menilai bahwa aset dolar AS seperti obligasi pemerintah dan saham-saham big tech masih menarik karena didukung fundamental yang kuat.
Baca Juga: Kinerja Reksadana Loyo dalam Sepekan Ini
Namun, ia mengingatkan bahwa imbal hasil dari aset-aset tersebut bisa sedikit tertekan jika tren pelemahan dolar berlanjut, khususnya jika investor global mulai mencari diversifikasi ke pasar lain yang menawarkan valuasi lebih atraktif.
Guntur juga menyoroti bahwa volatilitas pasar global masih tinggi akibat faktor geopolitik dan ekspektasi suku bunga global.
Hal ini membuat kinerja reksadana offshore akan sangat bervariasi tergantung pada jenis produk, strategi, tema, serta wilayah (region) investasinya.
Ke depan, sektor teknologi serta pasar Asia dan Eropa disebut tetap memiliki prospek positif. Namun, Guntur menekankan pentingnya kehati-hatian mengingat masih banyak faktor risiko yang membayangi.
Ia mengimbau investor untuk tetap selektif dalam memilih reksadana, dengan memperhatikan pengelolaan aktif dan rekam jejak manajer investasi dalam menghadapi volatilitas.
Baca Juga: Rekomendasi Produk Reksadana di Tengah Ketegangan Geopolitik
Diversifikasi lintas negara dan sektor juga disarankan agar portofolio lebih tangguh terhadap gejolak pasar.
“Investasilah secara bertahap, sesuaikan dengan profil risiko masing-masing, dan pilih horizon investasi jangka menengah hingga panjang. Reksadana offshore tidak disarankan untuk tujuan trading atau spekulasi jangka pendek,” pungkas Guntur.
Selanjutnya: Beralih dari Big Banks, Saham Bank KBMI 3 Kini Jadi Incaran Investor
Menarik Dibaca: Tiket Diskon KAI Terjual 1,89 Juta Kursi, Ini KA dengan Tarif di Bawah Rp 100 Ribu
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News