kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,02   -8,28   -0.91%
  • EMAS1.318.000 0,61%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasca IPO, begini rencana bisnis Ashmore Asset Management (AMOR)


Jumat, 31 Januari 2020 / 17:40 WIB
Pasca IPO, begini rencana bisnis Ashmore Asset Management (AMOR)
ILUSTRASI. Pencatatan perdana saham PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk (AMOR).?


Reporter: Muhammad Kusuma | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pasca melantai di bursa, perusahaan manajer investasi PT Buana Megah Abadi (AMOR) bersiap untuk ekspansi produk reksadana serta pengembangan tata kelola perusahaan guna meningkatkan kepuasan investor.

Corporate Secretary perusahaan Lydia Jessica Toisuta mengatakan alasan AMOR melakukan IPO adalah untuk meningkatkan transparansi dan tata kelola perusahaan. “Pada dasarnya transparansi dari sisi tata kelola dan rencana untuk ekspansi,” jelasnya pada Kontan.co.id Jumat (31/1).

Catatan saja, dalam IPO, AMOR melepas 111,11 juta saham biasa dengan nomial Rp 25 per saham dan ditawarkan kepada masyarakat dengan harga Rp 1.900. Dari aksi korporasi ini, AMOR berhasil meraup dana segar sekitar Rp 211 miliar.

Baca Juga: AMOR jadi manajer investasi pertama yang melantai di BEI

AMOR menjadi perusahaan pertama di bidangnya yang melantai di bursa. Hingga kini perusahaan telah memiliki 18 produk reksadana, sembilan kontrak pengelolaan dana, dan satu Exchange Traded Fund (ETF).

Hingga akhir 2019, dana kelolaan atau Asset Under Management (AUM) perusahaan mencapai Rp 31,3 triliun. Bahkan, AMOR menjadi perusahaan manajer investasi dengan pertumbuhan dana kelolaan tercepat di Indonesia berdasarkan data Otoritas Jaksa Keuangan (OJK) 2013-2019.

Lydia bilang, AMOR mengalokasikan sebesar 70% dari total keseluruhan belanja modal tahun ini untuk ekspansi digital AMOR.

“Untuk tahun 2020 sudah ada data capex tetapi masih internal, belum dapat di-share. Alokasi mayoritas dana 70% untuk digital expansion,” terangnya.

Rencananya ada tiga tahap pengembangan infrastruktur digital milik AMOR yakni, pembuatan aplikasi digital termasuk infrastruktur pelayanan dan pengolahan data untuk nasabah ritel.

Kemudian pengembangan artificial intelligence (AI) untuk edukasi, dan ketiga untuk distribusi reksadana melalui platform aplikasi. Saat ini produk reksadana AMOR sudah ada di salah satu platform e-commerce tanah air.

Sisanya, capex akan digunakan untuk pengembangan produk reksadana terbaru milik AMOR. Targetnya, AMOR akan mengeluarkan dua hingga tiga reksadana baru setiap tahunnya. Hingga kini, produk unggulan mereka masih reksadana saham dengan target pasar tidak hanya ritel namun juga institusi.

AMOR juga berencana untuk mengeluarkan produk reksadana baru yang belum pernah dirilis sebelumnya seperti reksadana syariah.

Menurut Lidya, produk reksadana syariah memiliki potensi yang besar di Indonesia.

“Di Indonesia banyak dana yang harus dikelola melalui hukum syariah. Selain itu reksadana syariah lebih banyak di offshore market jadi kita melihat ada kesempatan untuk masuk ke situ,” tuturnya.

Baca Juga: Dari delapan emiten yang IPO Januari, dua saham ini yang direkomendasikan analis

Tahun ini, AMOR menargetkan dana kelolaan naik 20% hingga 30% sedangkan laba bersih perusahaan meningkat 20% - 25%. Sebagai catatan, pada periode Juni 2019, laba AMOR mencapai Rp 89 miliar.

Menurut Lidya pihaknya optimistis dapat mencapai target ambisius tersebut. Menurutnya, faktor utama yang akan meningkatkan kinerja perusahaan adalah, perkembangan perekonomian global yang berangsur kondusif.

Selain itu, sikap dari bank sentral negara-negara dunia yang mempertahankan tingkat suku bunga rendah akan turut jadi faktor pendukung.

Optimisme perusahaan juga didorong oleh minimnya kendala yang akan dihadapi tahun ini. Lidya menuturkan, permasalahan yang akan dihadapi hanya persoalan likuiditas.

Berkaca dari tahun lalu, likuiditas perusahaan yang sahamnya dipilih oleh AMOR berkinerja tidak sesuai ekspektasi menyusul kondisi perekonomian global yang melambat.

“Dibandingkan tahun lalu, kita lebih optimistis dengan tahun ini. Dengan minimnya risiko, maka negara berkembang termasuk Indonesia kinerjannya akan membaik,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×