CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

Dari delapan emiten yang IPO Januari, dua saham ini yang direkomendasikan analis


Rabu, 29 Januari 2020 / 18:37 WIB
Dari delapan emiten yang IPO Januari, dua saham ini yang direkomendasikan analis
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang Januari 2020, telah ada delapan emiten yang mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Hari ini, PT Putra Rajawali Kencana Tbk (PURA) resmi menjadi emiten ke delapan yang melantai di bursa.

Tujuh emiten lainnya yang telah melantai lebih dulu adalah PT Tourindo Guide Indonesia Tbk (PGJO), PT Bank Amar Indonesia Tbk (AMAR), PT Cisadane Sawit Raya Tbk (CSRA) dan PT Royalindo Investa Wijaya Tbk (INDO).

Selain itu, ada pula saham PT Ashmore Asset Management Indonesia Tbk (AMOR), PT Perintis Triniti Properti Tbk (TRIN), dan PT Diamond Food Indonesia Tbk (DMND).

Baca Juga: Putra Rajawali (PURA) dukung kebijakan larangan truk ODOL

Namun, pergerakan saham-saham anyar ini tidak terlalu bagus. Tercatat, sebanyak lima dari tujuh saham anyar ini memberikan return yang negatif setidaknya dalam sepekan perdagangan. Kelima saham tersebut adalah DMND, PGJO, AMAR, AMOR, dan TRIN.

Saham DMND misalnya, telah terkoreksi 26,28% dalam sepekan. Saham PGJO juga telah ambles 16,82% dalam sepekan perdagangan.

Sementara itu, saham emiten sawit yakni CSRA justru melesat 36,14% dalam sepekan. Bahkan, jika menghitung pergerakan saham sejak IPO hingga penutupan saat ini, saham CSRA telah menguat 159%.

Analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai, investor mesti memperhatikan frekuensi perdagangan saham-saham tersebut. Jika minim frekuensi, berarti menandakan minat pelaku pasar terhadap saham tersebut minim dan tidak layak untuk dibeli.

“Karena dengan frekuensi yang menurun, likuiditas menjadi kecil sehingga sulit diperdagangkan,” terang William kepada Kontan.co.id, Rabu (29/1).


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×