kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

OPEC tak capai kesepakatan, harga minyak kian lesu


Senin, 30 Maret 2020 / 20:02 WIB
OPEC tak capai kesepakatan, harga minyak kian lesu
ILUSTRASI. Harga minyak dunia.


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga minyak global terpantau kembali melorot dan nyaris tembus ke bawah level US$ 20 per barel di awal pekan ini. Kondisi tersebut diyakini masih akan berlanjut dan menjadikan prospek harga minyak mentah masih akan suram ke depan.


Mengutip Bloomberg, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Mei 2020 di New York Mercantile Exchange sempat turun 5,72% ke US$ 20,28 per barel pada Senin (30/3) pagi. Harga tersebut sekaligus jadi level terendah sejak Februari 2002 atau lebih dari 18 tahun lalu.

Senada dengan itu, harga minyak brent untuk pengiriman Mei 2020 di ICE Futures pun turun 8,30% menjadi US$ 22,86 per barel.

Baca Juga: Pertimbangkan biaya produksi, volatilitas harga minyak bakal terjaga

Analis crude oil commodity specialist dari ICDX Yoga Tirta menjelaskan, harga minyak di perdagangan derivatif juga terpantau mengalami koreksi tipis dari penutupan Jumat (27/3) lalu dan bergerak di kisaran harga Rp 339.000 per barel-Rp 354.000 per barel. Ini karena, potensi perang harga antara Saudi dan Rusia kemungkinan akan berlanjut dalam jangka panjang. 

"Selain itu, ada juga efek negatif dari pandemi Covid-19 yang telah menurunkan permintaan minyak global menjadi katalis negatif utama yang membebani pasar minyak saat ini," kata Yoga dalam risetnya, Senin (30/3). 

Sementara itu, jumlah rig minyak Amerika Serikat (AS) dalam sepekan turun sebesar 40 rig menjadi 624 rig berdasarkan laporan yang dirilis oleh Baker Hughes untuk pekan yang berakhir 27 Maret 2020. Angka penurunan tersebut merupakan penurunan terbesar sejak 2015 lalu. 

"Laporan tersebut juga mengindikasikan banyak perusahaan pengeboran minyak AS menghentikan usahanya untuk mengantisipasi harga minyak jatuh melewati batas harga US$ 20 per barel," ujarnya. 

Selain itu, dari OPEC dilaporkan bahwa Arab Saudi pekan lalu menegaskan tidak memiliki kontak dengan Rusia mengenai peningkatan jumlah negara OPEC+. Bahkan dijelaskan tidak ada diskusi tentang kesepakatan bersama untuk menyeimbangkan pasar minyak. 

Selanjutnya, komentar dari Kementerian Energi Saudi menepis spekulasi bahwa Saudi dan Rusia melakukan pembicaraan diplomatik setelah wakil menteri minyak Rusia Pavel Sorokin mengatakan di Moskow bahwa OPEC+ tidak dapat menyeimbangkan kembali pasar dan banyak negara harus berpartisipasi dalam penyeimbangan kembali.

"Potensi perang harga antara Saudi dan Rusia yang dapat berlangsung dalam jangka panjang mendapatkan protes dari anggota OPEC lainnya," ungkapnya. 

Baca Juga: Prospek permintaan gelap, harga minyak mentah berjangka anjlok

Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump pekan lalu secara resmi mengumumkan social distancing nasional diperpanjang hingga 30 April 2020. Trump juga menambahkan bahwa pemerintah tengah berupaya menjaga angka kematian akibat pandemi di bawah 100.000 korban. 

Melihat dari sudut pandang teknis, Yoga mengungkapkan harga minyak akan berada dalam kisaran resistance di Rp 380.000 per barel - Rp 405.000 per barel, dengan kisaran support di Rp 315.000 per barel hingga Rp 290.000 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×