kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.914.000   -10.000   -0,52%
  • USD/IDR 16.291   14,00   0,09%
  • IDX 7.140   43,32   0,61%
  • KOMPAS100 1.026   0,52   0,05%
  • LQ45 779   2,15   0,28%
  • ISSI 234   0,17   0,07%
  • IDX30 402   1,16   0,29%
  • IDXHIDIV20 463   0,95   0,21%
  • IDX80 115   0,26   0,23%
  • IDXV30 117   0,40   0,34%
  • IDXQ30 129   -0,04   -0,03%

Obligasi Korporasi Ramai di Semester I-2025, Bagaimana Prospek Paruh Kedua Tahun Ini?


Selasa, 15 Juli 2025 / 20:58 WIB
Obligasi Korporasi Ramai di Semester I-2025, Bagaimana Prospek Paruh Kedua Tahun Ini?
ILUSTRASI. Penerbitan obligasi korporasi pada paruh pertama 2025 besar. ?Penerbitan obligasi korporasi selama semester I-2025 mencapai Rp 90,90 triliun


Reporter: Chelsea Anastasia | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerbitan obligasi korporasi pada paruh pertama 2025 tercatat cukup besar. Berdasarkan data Pefindo, nilai total penerbitan obligasi korporasi selama semester I-2025 mencapai Rp 90,90 triliun. Angka ini naik 48,31% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024.

Ke depan, penerbitan obligasi korporasi pada semester II-2025 diprediksi makin marak. Ini seiring dengan nilai jatuh tempo pada paruh kedua yang mencapai Rp 96,43 triliun, dari total Rp 161,22 triliun selama 2025.

Fixed Income Analyst Pefindo, Ahmad Nasrudin mengatakan, peningkatan ini dipicu oleh tingginya kebutuhan pembiayaan kembali atau refinancing korporasi, seiring dengan jatuh tempo surat utang.

Baca Juga: Penerbitan Obligasi Korporasi Diprediksi Marak, Ini Sentimen yang Perlu Dicermati

“Selain itu, kebutuhan modal kerja juga akan tetap besar,” katanya kepada Kontan beberapa waktu lalu. 

Tren pemangkasan suku bunga saat ini juga dinilai menjadi katalis bagi penerbitan obligasi yang lebih murah, serta perbaikan prospek bisnis di paruh kedua.

Pasalnya, biaya dana yang lebih rendah memungkinkan perusahaan untuk memperbaiki leverage. Ahmad mengatakan, hal ini pada akhirnya memungkinkan investor meminta premi yang lebih rendah daripada sebelumnya.

Selain itu, suku bunga yang lebih rendah menjadi katalis bagi pertumbuhan ekonomi dan

permintaan bisnis. Kondisi ini akan meningkatkan permintaan terhadap produk dan jasa, yang akhirnya berdampak positif bagi pendapatan.

Kepala Ekonom BCA, David Sumual juga melihat, kenaikan penerbitan obligasi pada semester I-2025 sudah diantisipasi oleh pasar, mengingat penerbitan yang cenderung terbatas pada beberapa kuartal sebelumnya. 

Dus, ia menilai kenaikan volume kemungkinan tidak akan banyak mengganggu stabilitas pasar obligasi korporasi domestik. 

Kondisi rupiah yang stabil, menurut David, turut mendukung aksi beli asing di pasar obligasi. “Sehingga yield dapat terjaga meskipun permintaan dari sektor asuransi dan dana pensiun domestik diperkirakan melemah,” imbuhnya.

Baca Juga: Obligasi Korporasi Masih Diminati Meski Yield Turun

Senada, Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede mencermati, meskipun biaya penerbitan turun, daya tarik obligasi korporasi bagi investor akan tetap kuat. 

Hal ini mengingat spread yang ditawarkan obligasi korporasi terhadap obligasi pemerintah (SUN) akan tetap menarik, terutama untuk obligasi dengan peringkat investment grade

Josua melihat proyeksi kupon obligasi korporasi hingga akhir tahun akan turun moderat. “Tetapi masih cukup kompetitif bagi investor dengan estimasi penurunan kupon sekitar 25-40 basis poin,” lanjutnya.

Sementara itu, Head of Economic Research Division PEFINDO Suhindarto memandang, peluang bagi prospek obligasi korporasi di semester II-2025 juga terlihat seiring kondisi volatilitas nilai tukar dan suku bunga global. Dengan begitu, perusahaan akan lebih cenderung mencari pendanaan di dalam negeri.

Likuiditas lembaga keuangan juga menjadi katalis. Dilihat dari kecenderungan saat ini, likuiditas perbankan mengetat.

Baca Juga: Yield Obligasi Korporasi Diperkirakan Turun Seiring Pelonggaran Suku Bunga

“Mengamati tahun-tahun sebelumnya, jika likuiditas makin ketat, penerbitan obligasi korporasi juga akan mengalami peningkatan,” papar Suhindarto, Selasa (15/7).

Karena penyaluran kredit yang tinggi, bank memerlukan likuiditas tambahan. Akhirnya ini mendorong penerbitan di sektor perbankan.

Sejak awal tahun hingga Juni, sektor perbankan tercatat sebagai sektor penerbit surat utang terbanyak ketiga, yakni sebanyak total Rp 15,5 triliun. Di atasnya, ada pulp dan kertas yang mencapai Rp 20 triliun, diikuti multifinance yang menyentuh Rp 17,8 triliun.

Suhindarto melihat, keuangan masih akan memimpin penerbitan surat utang di semester II-2025. Sektor perbankan dan multifinance, dinilai masih akan aktif menerbitkan surat utang hingga akhir tahun.

“Kemungkinan akan diikuti oleh perusahaan induk atau holding company yang juga diperkirakan akan mencatat penerbitan yang cukup banyak di semester dua ini,” imbuhnya.

Selanjutnya: Tantangan Implementasi PMK 37/2025, Celios Soroti Penghindaran Pajak di E-Commerce

Menarik Dibaca: 4 Zodiak Paling Open Minded, Tidak Takut Mencoba Hal Baru!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Driven Financial Analysis Executive Finance Mastery

[X]
×