Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
Ibrahim, Direktur Utama PT Garuda Berjangka memaparkan, perlambatan ekonomi di Eropa membuat ECB harus mengambil inisiatif untuk menggelontorkan stimulus. Pasalnya, tingkat manufaktur zona euro masih cenderung stagnan, sementara inflasi belum juga mencapai target.
Di samping itu, permasalahan Yunani masih terus menjadi beban di zona euro. Yunani memiliki beberapa obligasi jatuh tempo jangka pendek yang menunggu untuk dibayar. " Sebaliknya, China mengindikasikan kondisi ekonomi cukup positif," ujarnya.
Di samping itu, harga logam juga pulih di tengah lunturnya spekulasi kenaikan suku bunga The Fed. Hal ini membawa tekanan pada dollar AS sehingga meningkatkan harga komoditas. Jatuhnya data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) membuat pelaku menilai The Fed tidak akan menaikkan suku bunga di bulan Juni.
Selanjutnya, data Unemployment AS secara mingguan yang dirilis Kamis malam (9/6) akan menjadi fokus perhatian. Adapun proyeksinya naik menjadi 269.000 dari sebelumnya 267.000. "Jika pengangguran bertambah, nikel bisa melanjutkan kenaikan hingga akhir pekan," duga Ibrahim.
Namun demikian, resiko profit taking yang membuat harga koreksi masih terbuka. Apalagi, dalam sepekan terakhir harga nikel naik cukup signifikan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News