Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Komoditas bijih nikel dibayangi tren negatif. Menyusutnya permintaan yang diikuti oleh banjirnya pasokan menekan harga nikel.
Mengacu Bloomberg pada Rabu (18/5) pukul 13.21 WIB, harga nikel kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange merosot 0,9% dibandingkan hari sebelumnya ke level US$ 8.715,84 per metrik ton. Sepekan, harga nikel meluncur 1,9%.
Andri Hardianto, Analis PT Asia Tradepoint Futures berpendapat, ada beberapa faktor yang menyeret performa nikel. Pertama, penurunan permintaan nikel dari sektor industri logam China per kuartal I 2016 sebesar 7%.
Kedua, kelebihan pasokan yang masih melanda pasar. Bahkan, produsen nikel Norilsk telah meminta produsen nikel lainnya semisal BHP dan Glencore untuk memangkas kuota produksi. Sementara Norilsk sebelumnya sudah mengecilkan tingkat produksi untuk tahun 2016 menjadi 206.000 metrik ton hingga 212.000 metrik ton.
"Ditambah lagi dengan data ekonomi China minggu lalu yang mengalami kontraksi sehingga menambah sentimen negatif," tuturnya.
Akhir pekan lalu, China meluncurkan data produksi industri per April 2016 yang hanya tumbuh 6% (yoy), lebih rendah dari posisi bulan sebelumnya yang menanjak 6,8%. Adapula data penjualan ritel per April 2016 yang naik 10,1% (yoy), kurang unggul ketimbang pencapaian bulan sebelumnya yang mendaki 10,5% (yoy).
Maklum, Negeri Tirai Bambu merupakan pengguna sekaligus produsen komoditas terbesar di dunia. Sehingga pelemahan ekonomi yang melanda China turut menekan harga komoditas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News