Sumber: Antara | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Sejumlah perusahaan Manajer Investasi (MI) mengaku bahwa secara keseluruhan tidak ada perubahan strategi investasi dalam mengelola produk investasi reksadana di tengah kondisi pasar keuangan di dalam negeri yang cenderung menurun.
"Secara keseluruhan tidak ada perubahan strategi investasi. Namun di tengah kondisi pasar di dalam negeri yang sedang 'slowing down', pemilihan aset dasar dalam reksadana seperti saham dilakukan secara selektif dengan fokus ke saham-saham unggulan atau 'blue chip'," ujar Fund Manager PT BNI Asset Management, Andre Varian di Jakarta, Kamis (24/11).
Ia menilai bahwa saham-saham sektor perbankan dan infrastruktur masih menjadi incaran dalam mengelola dana di suatu instrumen investasi reksadana agar tetap memberikan imbal hasil yang positif bagi investor.
Andre Varian menambahkan bahwa dalam pemilihan aset dasar dalam bentuk surat utang, selain faktor domestik pihaknya juga fokus ke kebijakan moneter di Amerika Serikat mengingat potensi kenaikan suku bunga cukup kuat.
"Suku bunga AS yang meningkat akan cukup mempengaruhi instrumen obligasi di dalam negeri," katanya.
Ia mengemukakan bahwa efek terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat dan wacana kenaikan suku bunga AS cukup mempengaruhi harga pasar obligasi di Indonesia.
Sementara itu, Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan bahwa dalam memilih instrumen, basis fundamental menjadi salah satu acuan dalam mengelola reksadana.
"Ketika harga suatu saham atau obligasi di bawah harga rata-rata pasar maka kondisi itu dapat dimanfaatkan untuk akumulasi, namun dengan catatan fundamentalnya bagus," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, jika kondisi pasarnya sulit diprediksi dan bergejolak maka posisi tunai menjadi pilihan yang baik, hal itu dilakukan dalam rangka menghindari risiko.
Reksadana merupakan sebuah wadah investasi kolektif dari masyarakat yang dikelola oleh Manajer Investasi. Terdapat empat jenis reksadana, yakni pasar uang, saham, obligasi, dan campuran.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News